Renungan Harian 31 Oktober 2021

MINGGU BIASA XXXI

31 Oktober 2021

 

Bacaan I          : Ul 6: 2-6

Bacaan II        : Ibr 7: 23-28

Bacaan Injil     : Mrk 12: 28b-34

 

Kredo iman umat Israel

Ada banyak sharing orang tua tentang cara mendidik anak. Ada yang berkesan sulit, ada yang berkesan mudah, ada pula yang berkesan gampang-gampang sulit. Saya ingin menarik perhatian pada mereka yang mengatakan bahwa mendidik anak itu gampang-gampang sulit. Seorang bapak bercerita bahwa  mendidik anak itu gampang, karena arahnya jelas, menjadikan anak baik dan benar. Sulitnya adalah bahwa orang tua harus terlebih dahulu memiliki watak dan sikap itu. Artinya, anak itu pastilah meniru kebiasaan orang tuanya. Entah kebiasaan baik, entah buruk. Diambilnya contoh: Jika Anda ingin anak nanti setia mengunjungi orang tua yang makin renta, langsung saja dibiasakan diajak untuk mengunjungi kakek-nenek setiap akhir pekan. Anak akan melihat ayah ibunya setia pada orang tua. Demikianlah mereka akan meneruskan kebiasaan itu.

Sebagaimana kita lihat dalam Kitab Ulangan yang kita dengarkan hari ini, umat Israel memiliki credo/ syahadat yang terus menerus diperdengarkan, digaungkan, dipraktekkan turun-tumurun. Syahadat itu biasa disebut ‘Shema’ yang bunyinya: Dengarlah hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa! Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dan dengan segenap kekuatanmu!” Atas syahadat itu, umat Israel terbentuk menjadi umat yang taat akan Tuhan Allah. Sebab para orang tua selalu mengajarkan itu kepada anak-anak. Dan mereka sendiri pun mempraktekkan adat keagamaan secara ketat. Dan dilihat serta diikuti anak-anak.

Injil mengajak kita untuk memperluas cakrawala tentang mengasihi Allah. Ketika umat Israel berhenti pada ibadah dan ketaatan hukum Taurat, Yesus menjabarkan sesuatu yang lain. “Dan perintah yang ke-dua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”. Relasi antar sesama diletakkan dalam konteks hubungan dengan Allah.  Artinya, iman tidak berhenti pada relasi antara umat dan Tuhan, tetapi konkret dalam kehidupan bersama, memperlakukan sesama sebagai saudara. Sesungguhnya masih ada pertanyaan mendesak: siapakah sesamaku manusia?

Romo FX Agus Suryana Gunadi, Pr

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *