Renungan Harian 10 Oktober 2021

MINGGU BIASA XXVIII

10 Oktober 2021

Bacaan I          : Keb 7:7-11

Bacaan II        : Ibr 4:12-13

Bacaan Injil     : Mrk 10:17-30

 

Hidup yang bijaksana itu dimohonkan

Saya melihat seseorang memakai kaos bersablon demikian: “Muda foya-foya… tua kaya raya…. mati masuk surga”. Sepintas membaca, saya tersenyum, dan membatin: Enak saja, ketika muda berfoya-foya semau gue, ketika tua kaya raya (dari mana bisa kaya jika mudanya saja ‘sakarepe dhewe’), masih lagi: mati masuk surga? Mana mungkin. Hidup memang berproses seturut umur. Ketika masih muda, ada banyak keinginan yang material fisikal duniawi ingin diwujudkan. Kebanggaan orang muda adalah pekerjaan, kedudukan, pasangan hidup, rumah, mobil, pelesiran. Itu yang diceritakan, itu yang diunggah di youtube, instagram, facebook, dan WAG.

Berjalannya waktu, ketika usia semakin tua, rupa-rupanya kecenderungan itu bergeser. Kebanggaan hidup semakin tidak lagi soal-soal di atas seperti yang dipamerkan orang muda, tetapi perannya untuk memaknai hidup bagi lingkup keluarga, sosial, dan komunitas kerja dan pergaulannya. Materi secukupnya, selebihnya adalah kegembiraan karena bisa menyumbangkan diri untuk kemajuan kemanusiaan. Bisa lewat komunitas kemanusiaan, komunitas politis, maupun komunitas iman. Ceritanya bukan lagi soal kariernya, atau mobil apa yang dikendarai, melainkan soal aktivitas kemanusiaan sosialnya. Lebih bangga menjadi prodiakon daripada menjadi direktur perusahaan, ekstremnya. Eksistensinya menjadi mantap ketika orang datang untuk meminta nasihat, ketika tuturnya menjadi pegangan sesama, dan cara hidupnya ditiru.

“Maka itu aku berdoa dan akupun diberi pengertian, aku bermohon lalu roh kebijaksanaan datang kepadaku. Dialah yang lebih kuutamakan daripada tongkat kerajaan dan takhta, dan dibandingkan dengannya kekayaan kuanggap bukan apa-apa.” (Keb 7:7-8). Kutipan Kitab Kebijaksanaan ini seolah-olah mewakili keinginan kita. Alangkah indah dan damainya hidup ketika kita berada pada penghayatan hidup dengan mengutamakan pengertian dan kebijaksanaan, dan bukan lagi kekayaan atau raihan-raihan lainnya. Seringkali kita berada dalam keadaan tarik-menarik antara dua pesona: pesona kepemilikan duniawi dan pesona kebijaksanaan ilahi. Dan itu tergambar dalam kisah seorang yang berlari menemui Yesus dan bertanya: “Guru yang baik, apa yang harus ku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Dan ketika nasihat Yesus sampai pada anjuran supaya melepaskan keterikatan dari hal-hal duniawi, orang itu pergi dengan kecewa.

Mari kita memohon terus-menerus untuk menanamkan kerinduan supaya bijaksana dan melahirkan hidup yang bermakna.

Romo Agus Suryana Gunadi, Pr

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *