Renungan Harian 25 September 2021

Nabi Zakaria (Zak 2: 1-5.10-11a) mengisahkan: “Aku melayangkan mataku dan melihat: tampak seorang yang memegang tali pengukur. Lalu aku bertanya: “Ke manakah engkau ini pergi?” Maka ia menjawab aku: “Ke Yerusalem, untuk mengukurnya, untuk melihat berapa lebarnya dan panjangnya.”

Sementara malaikat yang berbicara dengan aku itu maju ke depan, majulah seorang malaikat lain mendekatinya, yang diberi perintah: “Berlarilah, katakanlah kepada orang muda yang di sana itu, demikian: Yerusalem akan tetap tinggal seperti padang terbuka karena banyaknya manusia dan hewan di dalamnya.

Aku sendiri, demikianlah firman TUHAN, akan menjadi tembok berapi baginya di sekelilingnya, dan Aku akan menjadi kemuliaan di dalamnya.” Bersorak-sorailah dan bersukarialah, hai puteri Sion, sebab sesungguhnya Aku datang dan diam di tengah-tengahmu.

Banyak bangsa akan menggabungkan diri kepada TUHAN dan akan menjadi umatKu dan Aku akan diam di tengah-tengahmu.”

Lukas dalam injilnya (Luk 9: 43b-45) mewartakan:  “Ketika semua orang itu masih heran karena segala yang diperbuat-Nya itu, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Dengarlah dan camkanlah segala perkataanKu ini: Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia.”

Mereka tidak mengerti perkataan itu, sebab artinya tersembunyi bagi mereka, sehingga mereka tidak dapat memahaminya. Dan mereka tidak berani menanyakan arti perkataan itu kepada-Nya.

Hikmah yang dapat kita petik:

Satu, “Yerusalem akan menjadi tempat yang penuh sorak sorai, karena Tuhan sendiri, akan menjadi tembok berapi baginya dan kemuliaan di dalamnya.

Di mana ada Tuhan, di sana ada kegembiraan dan sorak sorai. Maka, orang-orang yang menghadirkan suasana sukacita yang benar, dan membawa damai sebetulnya menghadirkan Allah sendiri.

Dua, Lukas mencatat para murid tidak mengerti maksud perkataan Yesus ini: “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia”, namun mereka tidak berani bertanya kepada-Nya.

Mereka tidak mengerti karena istilah Anak Manusia belum atau tidak mereka mengerti (artinya tersembunyi bagi mereka)  atau karena takut kepada Sang Guru yang belum mereka kenal, atau karena sebab yang lain.

Situasi itu menunjukkan bahwa para murid adalah manusia biasa, warga masyarakat dari kampung tertentu,  bukan orang terpelajar. Mereka bukan malaikat. Namun, Allah memanggil dan memilih mereka menjadi rasul-rasul-Nya.

Maka  bila kita diminta atau dipilih untuk menjadi ketua lingkungan, pimpinan komunitas (piko) atau tugas apa saja di masyarakat,  atau mau memberi sesuatu tidak usah menunggu sampai diri kita sudah sempurna. Amin.

Mgr Nico Adi MSC

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *