Hari ini kita merayakan para martir dari Korea yaitu Santo Andreas Kim Taegon, Santo Paulus Chong Hasang, dan lainnya.
Gereja di Korea dibuka pada awal abad 17 oleh kaum awam. Selama 2 abad Gereja berkembang tanpa kehadiran satu orang imam pun. Baru pada tahun 1836 datanglah misionaris dari Perancis. Tak lama kemudian muncullah penganiayaan, selama kurang lebih 20 tahun. Ada 103 orang martir yang gugur, di antara mereka adalah imam pertama Korea: Andreas Kim Taegon , satu orang rasul awam: Paulus Chong Hasang. Yang lainnya tanpa nama. Semoga kita mendapat karunia Allah melalui mereka.
Kitab 2Mak 7: 1-2.9-14 mengisahkan pada zaman pemerintahan raja Antiokus Epipanes, terjadi penganiayaan. Ada tujuh orang bersaudara dan ibu mereka yang ditangkap. Dengan siksaan cambuk dan rotan mereka dipaksa oleh sang raja untuk makan daging babi yang haram. Maka seorang dari antara mereka, yakni yang menjadi juru bicara, berkata begini: “Apakah yang hendak baginda tanyakan kepada kami dan apakah yang hendak baginda ketahui? Kami lebih bersedia mati daripada melanggar hukum nenek moyang.”
Ketika sudah hampir putus nyawanya berkatalah ia: “Memang benar kau, bangsat, dapat menghapus kami dari hidup di dunia ini, tetapi Raja alam semesta akan membangkitkan kami untuk kehidupan kekal, oleh karena kami mati demi hukum-hukum-Nya!”
Sesudah itu yang ketiga disengsarakan. Ketika diminta segera dikeluarkannya lidahnya dan dengan berani dikedangkannya tangannya juga. Dengan berani berkatalah ia: “Dari Sorga aku telah menerima anggota-anggota ini dan demi hukum-hukum Tuhan kupandang semuanya itu bukan apa-apa. Tetapi aku berharap akan mendapat kembali semuanya dari-Nya!” Sang raja sendiri serta pengiringnya pun tercengang-cengang atas semangat pemuda itu yang memandang kesengsaraan itu bukan apa-apa.
Sesudah yang ketiga berpulang, yang keempat disiksa dan dipuntungkan secara demikian pula. Ketika sudah dekat pada akhir hidupnya berkatalah ia: “Sungguh baiklah berpulang oleh tangan manusia dengan harapan yang dianugerahkan Allah sendiri, bahwa kami akan dibangkitkan kembali oleh-Nya. Sedangkan bagi baginda tidak ada kebangkitan untuk kehidupan.”
Matius dalam injilnya (Mat 28: 16-20) mewartakan: “Pada waktu itu, kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu.
Yesus mendekati mereka dan berkata: “KepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, selama 2 abad Gereja di Korea hidup tanpa kehadiran dan pelayanan satu imam pun. Mereka digembalakan oleh Allah sendiri dan dibimbing oleh Roh Kudus. Maka, janganlah kita cemas bila pelayanan rohani atau pastoral dari para imam, dan biarawan-biarawati berkurang atau terhenti, Allah sendiri akan melayani umat-Nya.
Hendaknya kaum awam yakin, bahwa mereka juga diberi karunia untuk mempertahankan iman, dan menguatkan iman saudara-saudari mereka. Semoga mereka tetap bangga sebagai umat Allah, meski di sana tidak ada imam untuk kurun waktu yang panjang.
Dua, seorang dari 7 bersaudara itu berseru dengan berani: “Dari Sorga aku telah menerima badan ini dan demi Tuhan kupandang semuanya itu bukan apa-apa. Tetapi aku berharap akan mendapat kembali semuanya dari-Nya!”
Dia amat percaya bahwa Allah adalah Penjamin dan Pemberi Kehidupan Kekal. Semoga kita pun tetap percaya akan Dia, terlebih pada saat mengalami kesulitan, derita dan kemalangan.
Tiga, Yesus meminta kepada para murid-Nya: “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.
Pada masa sekarang ini telah banyak orang beriman, menurut agama mereka masing-masing, sedangkan pada zaman Yesus, banyak bangsa tidak mengenal Dia. Mereka yang belum atau tidak beriman itulah yang diajar agar menjadi murid Kristus dan dibaptis.
Pada masa sekarang, tugas untuk menjadikan bangsa-bangsa murid Yesus tetap berlaku, yaitu dengan mengenalkan dan memberikan teladan tentang hukum utama, yaitu kasih kepada Allah dan sesama, dengan setia.
Mereka yang mendengarkan hukum utama itu, dan melakukannya, boleh disebut murid-murid Kristus. Bila kemudian mereka percaya kepada Kristus dan minta dibaptis, sesudah mengikuti pembinaan, baptisan juga bisa dilaksanakan. Semoga kita semua menyadari bahwa menjadi Katolik adalah panggilan Allah, sekaligus jawaban orang itu terhadap panggilan itu. Baptisan adalah pilihan bebas dari orang itu, bukan paksaan. Amin.
Mgr Nico Adi MSC