Renungan Harian 21 Agustus 2021

Hari ini kita memperingati satu orang kudus yaitu St Pius X.  Sebelum dipilih menjadi Paus nama beliau adalah Yoseph Sarto. Beliau lahir dari keluarga miskin, di Riese, Treviso, Italia. Ia menapaki panggilannya sebagai imam, uskup, Batrik dan Paus. Pola hidup sederhana tetap dilaksanakannya, dan ungkapannya dalam surat wasiatnya: “Saya dilahirkan miskin, saya hidup miskin, dan saya ingin mati secara miskin pula”. Ia tegas terhadap aliran-aliran yang bertentangan dengan ajaran Gereja. Liturgi dihidupkan, sakramen-sakramen dibuka bagi umat. Komuni pertama boleh diberikan kepada anak-anak. Komuni harian dipandang sebagai sumber kehidupan kristiani sejati. Beliau wafat ketika pecah perang dunia pertama tahun 1914, dan dinyatakan sebagai santo tahun 1954.

Paulus dalam 1Tes 2: 2b-8 menegaskan: Saudara-saudara, berkat pertolongan Allah kita, kami beroleh keberanian untuk memberitakan Injil Allah kepada kamu dalam perjuangan yang berat. Sebab nasihat kami tidak lahir dari kesesatan atau dari maksud yang tidak murni dan juga tidak disertai tipu daya. Sebaliknya, Allah telah menganggap kami layak untuk mempercayakan Injil kepada kami.

Kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati kita. Karena kami tidak pernah bermulut manis dan tidak pernah mempunyai maksud loba yang tersembunyi, juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun dari orang-orang lain, sekalipun kami dapat berbuat demikian sebagai rasul-rasul Kristus.

Kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya. Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi.

Yohanes dalam injilnya (Yoh 21: 15-17) mewartakan: “Sesudah sarapan Yesus bertanya kepada Simon Petrus: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?” Jawab Petrus kepada-Nya: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-dombaKu.”

Tanya Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Jawab Petrus kepadaNya: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-dombaKu.”

Tanya Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Maka sedih hati Petrus karena Yesus bertanya untuk ketiga kalinya: “Apakah engkau mengasihi Aku?” Dan ia berkata kepada-Nya: “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus: “Gembalakanlah domba-dombaKu.

Hikmah yang dapat kita petik:

Satu, ungkapan Santo Pius dalam surat wasiatnya: “Saya lahir miskin, saya hidup miskin, dan saya mau mati secara miskin pula”.  Hidup sederhana dan miskin ternyata “tidak merendahkan martabat seseorang” meski menurut pandangan umum lebih-lebih pada jaman now “tidak memberikan kenyamanan dan fasilitas yang diimpikan”.

Hidup sederhana dan pola hidup miskin, tidak sama dengan melarat dan tidak punya jaminan hidup. Sebaliknya harta benda dan fasilitas yang ada digunakan seperlunya untuk hidup yang layak, dapat menolong sesama, dan mengarahkan hidupnya kepada Allah. Hidupnya menjadi berkat dan saluran kasih Tuhan.

Dua, sesudah sarapan  Yesus bertanya kepada Simon Petrus: “Apakah engkau mengasihi Aku lebih daripada mereka ini?” Jawab Petrus: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-dombaKu.”

Secara fisik dan psikis, sesudah makan (=perut kenyang) orang merasa tenang dan nyaman untuk bertanya/berdialog. Yesus menggunakan saat itu untuk berdialog dengan Petrus.

Hendaknya  kita meneladan Sang Guru: ambillah waktu yang tepat, situasi yang enak dan tempat yang nyaman untuk berdialog. Ajak makan/minum dulu, ciptakan suasana sukacita, bersahabat dan tenang untuk membicarakan hal-hal yang penting dan berat.  Supaya diperolah hasil yang maksimal,  mohonlah bimbingan Tuhan/Roh Kudus. Bukankah Yesus bersabda: “Di mana ada 2 atau 3 orang berkumpul, di situ Aku hadir”? Janji Tuhan itu, akan Dia penuhi. Amin.

Mgr Nico Adi MSC

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *