Renungan Harian 6 Juni 2021

Hari Raya TUBUH DAN DARAH KRISTUS

06 Juni 2021

 

Bacaan I          : Kel 24: 3-8

Bacaan II        : Ibr 9: 11-15

Bacaan Injil     : Mrk 14: 12-16. 22-26

 

Pada suatu ketika, ketika tinggal di New England USA, saya diundang oleh seorang teman untuk mengikuti ibadah kebaktian di sebuah gereja Kristen Protestan di kota Hartford, Connecticut. Dengan senang hati, saya datang memasuki gereja yang sedikit asing. Interiornya sedemikian rupa dan mengesankan sebuah gedung pertemuan/pengadilan. Mimbar di tengah, dan di belakang pendeta yang memimpin ibadah, duduk para tokoh gereja dengan pakaian yang sangat khas. Dekorasinya sangat minimalis. Tidak ada salib berkorpus, apa lagi patung-patung para suci. Tidak ada altar, sebab tidak ada Ekaristi. Sebagai seorang Katolik, saya memasuki gereja dengan khusuk dan diam. Hormat ke altar dan duduk seorang diri untuk berdoa. Saya datang awal sebelum banyak umat lain datang. Dari keheningan hampir seorang diri, akhirnya terdengar riuh  umat yang saling tegur sapa melambaikan tangan, atau simpang-siur untuk bersalaman. Saya terganggu, tetapi kemudian menyadari bahwa ini gereja Kristen, bukan gereja Katolik.

Memang ada perbedaan teologis tentang kehadiran Kristus dalam Sakramen Mahakudus, antara Gereja Katolik dan Gereja Protestan. Gereja Protestan percaya pada persatuan antara kita dengan Kristus dalam perjamuan Kudus, yaitu ketika hosti disantap. Sementara Katolik lebih jauh lagi mengimani bahwa hosti dan anggur yang sudah dikonsekrasi dalam perayaan Ekaristi, sungguh telah menjadi Tubuh dan Darah Kristus, sekalipun konteksnya sudah bukan dalam perjamuan lagi. Itulah mengapa di gereja Katolik selalu diletakkan tabernakel tempat Tubuh Kristus ditahtakan ketika tidak ada misa. Itulah pula mengapa suasana gedung gereja sangat berbeda antara Kristen Protestan dan Katolik. Orang katolik, ketika memasuki gereja pasti membuat tanda salib setelah membasahi ujung jari dengan air suci. Kemudian ketika mau memasuki deretan bangku duduk, berlutut dan menundukkan kepada terlebih dahulu. Sebab kita menghormati Sakramen Mahakudus yang ada di tabernakel sekitar altar. Dan ketika duduk/berlutut pun kita memanfaatkan waktu menjelang perayaan untuk berdoa secara pribadi, dan bukan untuk menyapa kanan kiri depan belakang.

Adapun iman akan Tubuh dan Darah Kristus sebagaimana kita hayati sampai sekarang didasarkan pada firman Tuhan Yesus ketika mengadakan perjamuan paskah bersama para murid. Gereja Katolik memercayai bahwa roti dan anggur berubah (transsubstansia) secara sakramental menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Dari mana keyakinan itu lahir? Dari Firman Allah yang terdapat di Kitab Suci. Pada malam menjelang wafat-Nya, ketika mengangkat roti/hosti, Yesus bersabda: “Ambillah, inilah tubuh-Ku” (Mrk 14: 22). Dan ketika mengambil piala berisi anggur, kepada para murid, Yesus berkata: Inilah darah-Ku, darah perjanjian yang akan ditumpahkan bagi banyak orang…” (Mrk 14: 24). Firman itu sangat jelas dan tidak perlu tafsiran lain: tentang hosti, Yesus menyatakan sebagai tubuh-Nya, dan akan anggur Yesus menyatakan sebagai darah-Nya. Maka, Gereja Katolik mengimani hosti dan anggur yang telah dikonsekrasi dalam Ekaristi menjadi Tubuh dan Darah Kristus.

Romo Agus Gunadi, Pr

 

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *