Hari ini kita memperingati St Yustinus Martir. Beliau sejak kecil mendapatkan pendidikan yang baik. Dalam kehidupannya, dia pernah mengalami persoalan yang besar dan berat. Oleh orang bijaksana dia dinasihati agar berdoa dan memohon terang ilahi. Dengan terang ilahi yang diperolehnya dan pengetahuannya tentang filsafat dan teologi, ia menjadi pembela kekristenan. Karena pembelaan inilah, dia ditangkap dan dibunuh di Roma tahun 165.
Tobit dalam Tob 2: 9-14 mengisahkan: “Pada malam itu aku membasuh diriku, lalu pergi ke pelataran rumah dan tidur di dekat pagar temboknya. Mukaku tidak tertudung karena panas. Aku tidak tahu bahwa ada burung pipit di tembok tepat di atas diriku.
Maka jatuhlah tahi hangat ke dalam mataku. Muncullah bintik-bintik putih. Akupun lalu pergi kepada tabib untuk berobat. Tetapi semakin aku diolesnya dengan obat, semakin buta mataku karena bintik-bintik putih itu, sampai buta sama sekali. Empat tahun lamanya aku tidak dapat melihat.
Semua saudaraku merasa sedih karena aku. Dua tahun lamanya aku dipelihara oleh Ahikar sampai ia pindah ke kota Elumais. Di masa itu isteri Hana mulai memborong pekerjaan perempuan. Pekerjaan itu diantarkannya kepada para pemesan dan ia diberi upahnya.
Pada suatu hari, diselesaikannya sepotong kain, lalu diantarkannya kepada pemesan. Seluruh upahnya dibayar kepadanya dan ditambah juga seekor anak kambing jantan untuk dimakan.
Setibanya di rumahku maka anak kambing itu mengembik. Lalu isteriku kupanggil dan berkata: “Dari mana anak kambing itu? Apa itu bukan curian? Kembalikanlah kepada pemiliknya! Sebab kita tidak diperbolehkan makan barang curian!”
Sahut isteriku: “Kambing itu diberikan kepadaku sebagai tambahan upahku.” Tetapi aku tidak percaya kepadanya. Maka kusuruh kembalikan kepada pemiliknya. Isteriku membantah, katanya: “Di mana gerangan kebajikanmu? Di mana amalmu itu? Lihat saja nanti, apa gunanya bagimu!”
Markus dalam injilnya (Mrk 12: 13-17) mewartakan: “Ketika itu beberapa orang Farisi dan Herodian disuruh pergi kepada Yesus untuk menjerat Dia dengan suatu pertanyaan. Orang-orang itu datang dan berkata kepada-Nya: “Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur, dan Engkau tidak takut kepada siapapun juga, sebab Engkau tidak mencari muka, melainkan dengan jujur mengajar jalan Allah dengan segala kejujuran. Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak? Haruskah kami bayar atau tidak?”
Yesus mengetahui kemunafikan mereka, lalu berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mencobai Aku? Bawalah ke mari suatu dinar supaya Kulihat!” Lalu mereka bawa. Maka Ia bertanya kepada mereka: “Gambar dan tulisan siapakah ini?” Jawab mereka: “Gambar dan tulisan Kaisar.” Lalu kata Yesus kepada mereka: “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!” Mereka sangat heran mendengar Dia.
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, dikisahkan bahwa Yustinus ketika menghadapi persoalan dalam hidupnya dinasihati agar berdoa dan memohon terang ilahi. Terang Ilahi, telah membuat dia hidup dalam ketenangan dan kepastian. Hendaknya kita pun dituntun oleh Terang Ilahi agar tidak mudah masuk atau jatuh dalam kebimbangan.
Dua, dikisahkan juga bahwa pada suatu hari, Hana (istri Tobit) menyelesaikan sepotong kain, lalu diantarkannya kepada pemesan. Seluruh upahnya dibayar kepadanya dan ditambah juga seekor anak kambing jantan untuk dimakan. Orang yang bekerja dengan sungguh-sungguh, semuanya tuntas dan selesai pada waktunya, akan menyukakan orang lain/komunitasny/lingkungannya. Orang-orang seperti ini sering menerima berkat yang tidak terduga, sebagai mana dialami oleh Hana.
Tiga, diwartakan bahwa Yesus mengetahui kemunafikan mereka, lalu berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mencobai Aku? Allah tidak bisa ditipu, karena Dia menyelami hati manusia. Apalagi kepada Yesus, tidak mungkin Dia tidak mengerti pola-pola licik manusia. Dia adalah Allah yang telah mengalami suka duka kehidupan dan aneka siasat yang sering dilakukan orang di dalam keluarga dan masyarakat. Maka, hendaklah kita jujur dan rendah hati di hadapan Allah. Amin.
Mgr Nico Adi MSC