Santo Yusuf, Sosok yang Saleh

Paus Fransiskus mengenalkan Devosi Sleeping Saint Joseph (Santo Yusuf yang Tidur). Paus Fransiskus mengungkapkan hal tersebut dalam pertemuan keluarga-keluarga Katolik di Filipina pada 2015 lalu. Paus sangat meyakini bahwa Allah mengandalkan Santo Yoseph atau Yusuf justru dalam tidurnya.

Menurut Uskup Keuskupan Malang, Mgr Pidyarto, OCarm, Paus Fransiskus ketika mempunyai masalah, dia percayakan seluruhnya kepada Santo Yoseph yang tidur. “Dan dia seringkali punya keyakinan kalau mempunyai masalah, dia percayakan seluruh masalah kepada Yoseph yang tidur. Karena tidur bisa punya arti macam-macam. Tidur itu orang yang percaya pada Tuhan, sehingga di dalam situasi apapun, seperti dikatakan oleh Mazmur 4, “Aku berbaring dan tidur”. Padahal dia dikelilingi oleh musuh-musuh,” kata Mgr Pied dalam Rekoleksi Nasional Santo Yusuf “From Fatherless to Fatherhood”, yang digelar secara daring, 19 Maret 2021.

Mgr Pied melihat, tidurnya Yoseph itu merupakan tanda bahwa dia mampu menyerahkan seluruh persoalan kepada Tuhan, sehingga dia bisa tidur dengan nyenyak.

“Dan setiap kali dia mendapat wahyu melalui mimpi, hebatnya, inilah contoh bagi kita, Yusuf  langsung bangun dan tanpa ragu-ragu melakukan apa yang diperintahkan Tuhan kepadanya. Inilah teladan yang bisa kita tarik dari Yusuf,” katanya.

Yoseph, menurut Mgr Pied,  tidak banyak bicara, figur di balik layar. “Dia bahkan dalam kisah-kisah Injil kadang disebut sesudah Maria. Padahal biasanya yang disebut laki-laki, suaminya dulu. Tapi di dalam Injil, dia “kalah” dengan Maria. Maka, Paus Fransiskus terkesan dengan figur ini sebagai orang yang tidak mencolok, yang tersembunyi, sederhana, di balik layar, tetapi, perannya amat besar sesudah Maria,” katanya.

Yusuf, menurut Mgr Pied, adalah orang yang benar. “Orang yang tahu hukum. Orang yang membaca Firman, menghayati dan tahu persis hukum Taurat,” katanya. Maka, ketika mendengar Maria, tunangannya hamil, dia bermaksud menceraikannya.

“Bagi orang Yahudi pada zaman itu, tunangan itu sudah berarti suami resmi hanya belum tinggal serumah. Tapi sudah terikat satu sama lain. Maka, kalau tunangan itu misalnya yang perempuan hamil di luar hubungan dengan dia, itu dianggap berzinah, maka bisa dihukum mati, dicerai, dipermalukan di hadapan umum,” kata Mgr Pied.

Menurut, Mgr Pied, karena Yusuf tahu hukum maka dia pelan-pelan mau menceraikan Maria. “Yusuf menceraikan Maria bukan karena dia marah dan sebagainya, tapi karena dia mau mentaati hukum Taurat. Cuma dikatakan dia tidak mau mencemarkan nama istrinya di muka umum. Ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam,” katanya.

Bagi Mgr Pied, Yusuf adalah orang yang punya prinsip mau menaati Firman Allah, tetapi dengan cara yang lembut, tidak mempermalukan Maria, tetapi menceraikan Maria dengan diam-diam. “Maka, satu sifat lain yang kita petik dari tokoh ini adalah, orang ini tegas, tetapi caranya amat lunak. Seringkali, orang pada prinsip lemah, tetapi cirinya kasar,” katanya.

Selengkapnya ada di edisi cetak Majalah INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan no. 201 Mei Tahun XVII 2021. Hubungi +6285101923459

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *