Kita memperingati 1 orang kudus, St. Yosafat – Uskup dan martir. Dia disekolahkan orang tuanya si bidang perdagangan namun ia memilih jalan lain yaitu bidang kerohanian. Sebagai imam dia berjuang keras untuk kesatuan Gereja, namun di Rusia muncul Gereja Ortodox. Kemudian sebagai uskup dia rajin menyemangati para imamnya, biarawan-biarawati dan umatnya melalui khotbah dan sekian kali kunjungannya. Dia dibunuh tanggal pada 12 November 1623.
Melalui Ef 4: 1-7.11-13 Paulus menyapa umatnya: Saudara-saudara, aku orang yang dipenjarakan karena Tuhan, menasihati kamu supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu. Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.
Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua. Kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus.
Dialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik para pemberita Injil maupun para gembala dan para pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.
Yohanes dalam injilnya (Yoh 17: 20-26) mewartakan doa Yesus kepada Bapa-Nya: “Bapa yang kudus, bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk mereka, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka, supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.
Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.
Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan.
Ya Bapa yang adil, memang dunia tidak mengenal Engkau, tetapi Aku mengenal Engkau, dan mereka ini tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku; dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka.”
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, bagi Paulus, pengalaman disiksa, dimasukkan ke penjara dan diusir oleh orang-orang Yahudi dan orang Farisi, karena iman kepada Kristus, menjadi kekuatan iman dan moril untuk meneguhkan hati dan kesatuan umatnya. Hal itu juga yang dialami dan diteladankan Yosafat. Hendaknya kita pun memaknai derita, fitnah, penolakan atau sindiran sebagai “jalan untuk meneguhkan iman, harapan dan kasih kita kepada Kristus.
Dua, dalam doa-Nya, Yesus mendoakan semua pengikut-Nya bersatu. Semua isi hati-Nya ditumpahkan kepada Bapa-Nya, karena Dia sungguh dekat dan bersatu dengan Bapa. Maka, seperti yang Dia alami dengan Bapa-Nya, Dia menghendaki semuanya selamat tanpa kecuali. Semoga kita pun tidak lupa untuk mendoakan kesatuan semua pengikut Kristus meski beda Gereja/beda pandangan dengan kita, bahkan yang tidak seiman dengan kita. Amin.
Mgr Nico Adi MSC
