Renungan Harian 28 Januari 2025

Hari ini kita memperingati 1 orang kudus, yaitu St. Thomas Aquino.

Dalam Kebj 7: 7-10.15-16 dikisahkan: “Aku berdoa dan aku pun diberi pengertian, aku bermohon lalu roh kebijaksanaan datang kepadaku. Dialah yang lebih kuutamakan daripada tongkat kerajaan dan takhta, dan dibandingkan dengannya kekayaan kuanggap bukan apa-apa.

Permata yang tak terhingga nilainya tidak kusamakan dengan dia, sebab segala emas di bumi hanya pasir saja di hadapannya dan perak dianggap lumpur belaka di sampingnya. Ia kukasihi lebih dari kesehatan dan keelokan rupa, dan aku lebih suka memiliki dia daripada cahaya, sebab kemilaunya tidak kunjung hentinya.

Semoga Allah mengizinkan aku untuk berbicara sesuai dengan kehendak-Nya, dan memikirkan apa yang berpatutan dengan segala pemberian-Nya. Ia sendirilah penuntun kebijaksanaan dan juga pemimpin para bijak. Memang baik kita sendiri maupun perkataan kita, lagipula pengertian dan segenap kepandaian ada di tangan Allah.

Matius dalam injilnya (Mat 23: 8-12) mewartakan sabda Yesus: “Janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapapun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias.

Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.

Hikmah yang dapat kita petik:

Satu, Thomas Aquino telah meninggalkan orangtua, kampung halaman dan harta yang menjadi warisannya, karena memilih dan mengutamakan Allah dan kebijaksanaan-Nya.

Allah yang diikutinya telah menjadikan dia guru dan gembala umat. Tugas perutusan itu, dilaksanakan dengan setia sehingga dia layak untuk menerima mahkota kemuliaan. Mengikuti Allah ternyata bukan pilihan yang keliru. Semoga kita pun berani untuk meneladan dia.

Dua, Yesus menasihati para murid yang hendak mengikuti Dia, bukan karena ingin disebut Rabi, pemimpin atau penguasa, tetapi menjadi pelayan.

Menjadi pelayan berarti siap untuk kerja keras, tidak dihargai dan bisa-bisa malah disingkirkan, serta tidak punya agenda pribadi atau tuntutan apa pun.

Bila dipikir-pikir, semuanya itu mustahil dilakukan, namun di dalam dan bersama Yesus, semuanya mungkin. Amin

Mgr Nico Adi MSC

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *