Renungan Harian 13 September 2024

Hari ini kita memperingati 1 orang kudus yaitu St. Yohanes Krisostomus. Bersama dengan teman-temannya dia mendalami hidup membiara, belajar teologi dan menjadi rahib di pegunungan Antiokia. Dia ditahbiskan sebagai imam tahun 386.

Ketika Patriark Konstantinopel meninggal tahun 397, dia dipilih sebagai penggantinya. Dia membuat pembaharuan moral di kalangan para rohaniwan agar umat hidup dalam kesusilaan, melalui pidatonya. Maka dia dibenci dan diasingkan oleh para musuhnya. Dia meninggal sebagai saksi Kristus. Kefasihannya berbicara dalam nama Tuhan, membuat dia dijuluki “si mulut emas”.

Melalui Ef 4: 1-7.11-13 Paulus menyapa umatnya: “Saudara-saudaraku, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, menasihati kamu supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu. Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua.

Kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus. Dan Dialah yang memberikan baik para rasul maupun para nabi, baik para pemberita Injil maupun para gembala dan para pengajar. Semuanya itu diberikan untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.

Markus dalam injilnya (Mrk 4: 1-10.13-20) mewartakan: “Pada suatu kali Yesus mengajar di tepi danau. Lalu datanglah orang banyak yang sangat besar jumlahnya mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke sebuah perahu yang sedang berlabuh lalu duduk di situ, sedangkan semua orang banyak itu di darat, di tepi danau itu. Dan Ia mengajarkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka.

Dalam ajaran-Nya itu Ia berkata: “Dengarlah! Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar.

Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati, sehingga ia tidak berbuah. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, ia tumbuh dengan suburnya dan berbuah, hasilnya ada yang 30 kali lipat, ada yang 60 kali lipat, ada yang 100 kali lipat.” Dan Ia berkata lagi: “Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!” Ketika Ia sendirian, para pengikut-Nya dan 12 murid itu menanyakan Dia tentang perumpamaan itu.

Lalu Ia berkata kepada mereka: “Tidakkah kamu mengerti perumpamaan ini? Kalau demikian bagaimana kamu dapat memahami semua perumpamaan yang lain? Penabur itu menaburkan firman. Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat firman itu ditaburkan, ialah mereka yang mendengar firman, lalu datanglah Iblis dan mengambil firman yang baru ditaburkan di dalam mereka.

Demikian juga yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu, ialah orang-orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira, tetapi mereka tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila kemudian datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, mereka segera murtad. Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri, itulah yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan banyak keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.

Dan akhirnya yang ditaburkan di tanah yang baik, ialah orang yang mendengar dan menyambut firman itu lalu berbuah, ada yang 30 kali lipat, ada yang 60 kali lipat, dan ada yang 100 kali lipat.”

Hikmah yang dapat kita petik:

Satu, Yohanes mendorong umatnya untuk sehati sejiwa, membangun persekutuan dalam ikatan damai. Itulah sebabnya dia membaharui kehidupan moral, khususnya di kalangan para rohaniwan, agar mereka menjadi teladan bagi umat Allah.

Orang-orang penting (pimpinan dan para petinggi) perlu memberi teladan dalam menghidupi keutamaan moral agar umat Allah menjadi sehati dan sejiwa dalam ikatan damai.

Dua, benih-benih yang ditaburkan Allah, jatuh di tempat dan kondisi tanah/iklim yang berbeda. Allah sepertinya “membiarkan” biji itu jatuh di pinggir jalan, dimakan burung, terhimpit batu dan lainnya.

Artinya kondisi tanah dan lingkungan sesulit apa pun tidak menghalangi Tuhan untuk melakukan “kegiatan menabur benih”. Hasilnya banyak atau sedikit, tetap diterima seadanya. Yang paling penting bukan hasil panennya, tetapi benih itu diterima dan ditumbuhkan.

Semoga kita pun demikian: menerima dan menumbuhkan anugerah-anugerah yang diberikan Allah kepada kita masing-masing bagi keselamatan umat manusia. Amin.

Mgr Nico Adi MSC

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *