Hari ini kita memperingati 1 orang kudus yaitu St. Agustinus. Dia adalah anak St. Monika yang pada awalnya adalah anak yang nakal namun cerdas. Dia berpikir-pikir tentang Tuhan dan ingin tahu: “Tuhan itu apa dan siapa?” Hal itu menggelisahkan hati dan pikirannya.
Pada suatu hari ketika berjalan di tepi pantai, dia yang masih kafir itu bertemu dengan seorang anak kecil, yang berulang-ulang menimba air dan memasukkan air itu ke sebuah lubang. Karena saking herannya, dia bertanya kepada anak itu: “Apa yang kamu lakukan itu?” Anak itu menjawab: “Saya mau mengeringkan air laut itu”. Dengan penuh keyakinan Agustinus berkata: “Tidak mungkin kamu bisa mengeringkan laut itu, karena lubang itu amat kecil dan tenagamu juga tidak kuat”.
Si kecil itu menjawab: “Pikiran Bapak juga tidak mampu untuk mengetahui dan menangkap Tuhan yang mahabesar”. Kata-kata itu amat menusuk batinnya dan membuat dia berubah serta bertobat. Dia kemudian dibaptis, menjadi imam dan diangkat menjadi uskup Hippo. Monika amat berbahagia karena doa dan pengorbanannya, telah dikabulkan Tuhan.
Melalui 1Yoh 4: 7-16 Yohanes menyapa umatnya: “Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.
Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya. Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.
Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi. Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita. Demikianlah kita ketahui, bahwa kita tetap berada di dalam Allah dan Dia di dalam kita: Ia telah mengaruniakan kita mendapat bagian dalam Roh-Nya.
Dan kami telah melihat dan bersaksi, bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia. Barangsiapa mengaku, bahwa Yesus adalah Anak Allah, Allah tetap berada di dalam dia dan dia di dalam Allah. Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.
Matius dalam injilnya (Mat 23: 8-12) mewartakan sabda Yesus: “Janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapapun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias.
Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, Allah telah mengutus Anak-Nya dan malaikat-Nya serta para utusan lainnya, untuk memberitahukan bahwa Allah mencintai umat-Nya dan memanggil mereka untuk hidup berbahagia. Yang dipanggil bukan hanya orang yang sudah baik, tetapi juga orang yang berbeban berat, kecewa, bingung atau putus asa.
Agustinus yang sedang bingung dan galau, dituntun si kecil (utusan Allah) dengan menggunakan kata-kata dan pikiran dia sendiri dan akhirnya bertobat. Semoga kita percaya bahwa ada utusan Allah yang mengantar kita ke pembaruan hidup dan pertobatan dengan menggunakan kata, pikiran, dan harapan kita sendiri.
Dua, melalui pengajaran-Nya, Yesus menunjukkan bahwa jabatan, kuasa, kedudukan dapat menghalangi orang untuk bertemu dengan Allah, karena semua itu menjadi tujuan atau pemenuhan kebutuhan pribadi. Orang kemudian menjadi terikat pada yang sifatnya duniawi dan sementara, lalu berselisih atau bermusuhan dengan sesamanya.
Mereka lupa pada tujuan mulia: yaitu hidup berbahagia di dunia dan di surga bersama dengan sesama. Semoga kita tetap waspada pada godaan-godaan itu. Amin.
Mgr Nico Adi MSC