Dalam Yeh 2: 8-3: 2 dikisahkan Tuhan berfirman kepadaku: “Hai anak manusia, dengarlah apa yang Kufirmankan kepadamu; janganlah memberontak seperti kaum pemberontak ini. Ngangakanlah mulutmu dan makanlah apa yang Kuberikan kepadamu.” Aku melihat, sesungguhnya ada tangan yang terulur kepadaku, dan sungguh, dipegang-Nya sebuah gulungan kitab, lalu dibentangkan-Nya di hadapanku. Gulungan kitab itu ditulisi timbal balik dan di sana tertulis nyanyian-nyanyian ratapan, keluh kesah dan rintihan.
Firman-Nya kepadaku: “Hai anak manusia, makanlah apa yang engkau lihat di sini; makanlah gulungan kitab ini dan pergilah, berbicaralah kepada kaum Israel.” Maka kubukalah mulutku dan diberikan-Nya gulungan kitab itu kumakan. Lalu firman-Nya kepadaku: “Hai anak manusia, makanlah gulungan kitab yang Kuberikan ini kepadamu dan isilah perutmu dengan itu.”
Lalu aku memakannya dan rasanya manis seperti madu dalam mulutku. Firman-Nya kepadaku: “Hai anak manusia, mari, pergilah dan temuilah kaum Israel dan sampaikanlah perkataan-perkataan-Ku kepada mereka.
Matius dalam injilnya (Mat 18: 1-5.10.12-14) mewartakan: “Pada waktu itu datanglah para murid itu kepada Yesus dan bertanya: “Siapakah yang terbesar di dalam Kerajaan Sorga?” Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.”
Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga.
Lalu, Yesus bersabda lagi: “Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang 99 ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu daripada atas yang 99 ekor yang tidak sesat. Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki seorang pun dari anak-anak ini hilang.”
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, Tuhan membekali dan mengutus nabi-Nya dengan sabda yang manis itu agar kehidupan umat-Nya menjadi “manis” (= berbahagia dan penuh damai) karena Dia menghendaki kehidupan dan bukan kematian.
Maka, para utusan di bidang apa pun hendaknya memohon kepada Allah agar apa saja yang disampaikan kepada masyarakat/umat beriman adalah kata-kata yang membangun kehidupan dan kebahagiaan, dan bukan kematian/perselisihan, dendam, kekecewaan atau perpecahan.
Dua, pertengkaran/persaingan tentang kedudukan, jabatan, kekuasaan, kepemilikan harta benda sering terjadi di mana-mana. Atas hal itu, Yesus menegaskan yang pertama-tama dan utama perlu ditampilkan adalah sikap kerendahan hati dan pengorbanan yang besar.
Dua sikap dasar itu ditampakkan oleh pemilik domba yang siap sedia untuk mencari domba yang hilang, padahal yang hilang hanya satu.
Berbahagialah masyarakat, bangsa, paguyuban, umat Allah, lembaga atau komunitas yang dipimpin orang yang demikian. Amin.
Mgr Nico Adi MSC