HARI MINGGU BIASA XIX
11 Agustus 2024
Bacaan I : 1 Raj 19: 4-8
Bacaan II : Ef 4: 30-5: 2
Bacaan Injil : Yoh 6: 41-51
Aku beriman karena Tuhan telah memanggilku
Kebanyakan dari kita, ketika diminta untuk menceritakan pengalaman awal menjadi pengikut Tuhan Yesus, dimulai dari usaha pencarian Tuhan. Seolah-olah memilih kepercayaan itu lahir dari inisiatif pribadi kita dan bukan Tuhan.’Tadinya aku bingung dengan banyak agama, namun akhirnya aku memutuskan menjadi Katolik; aku diajak teman ke gereja dan aku terpesona dengan cara ibadatnya, maka aku mantap beriman Katolik; aku mempelajari berbagai agama terlebih dahulu; aku melihat kebaikan keluarga tetanggaku yang Katolik…’ Seolah-olah akulah yang mengambil pilihan dan keputusan untuk menjadi murid Tuhan. Benarkah demikian?
Firman Tuhan hari ini mengajarkan kepada kita akan bagaimana iman berproses. Pengalaman Elia adalah pengalaman Allah yang selalu memanggilnya. Ia sendiri hanyalah satu di antara ribuan keturunan nenek moyang Israel, dengan mentalitas yang sama. Ia berjalan seharian, lelah letih, lapar dan bersungut-sungut. “Cukuplah sudah! Sekarang, ya Tuhan, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik daripada nenek moyangku”. Ia ingin mati saja, hidup tanpa harapan, selalu sengsara. Apa yang kemudian terjadi, melalui malaikat-Nya, Allah menawarkan kepadanya makanan dan minuman. Sehingga ia segar kembali. Kemudian Allah menyatakan kehendaknya untuk menemani dia dalam perjalanan berikutnya. “Bangunlah, makanlah! Sebab kalau tidak, perjalananmu nanti terlalu jauh bagimu.” Dan oleh kekuatan makanan itu, Elia berjalan empatpuluh hari empatpuluh malam lamanya sampai ke gunung Allah, yaitu Gunung Horeb. Allahlah yang menyatakan kehendak-Nya untuk menemani Elia dalam perjalanan hidupnya.
Proses beriman itu dimulai dari Allah, baru kemudian manusia menanggapinya. Allah yang berinisiatif untuk memanggil kita mengimaninya. Dan Allahpula yang mendahului kita merancang perjalanan ke depan kita. Perjalanan menuju kesejahteraan menurut rancangan-Nya. Itulah pengalaman Elia. Itu pulalah yang semestinya menjadi kerangka refleksi kita dalam beriman kepada Allah. Allah memperkenalkan diri, kita menyambut-Nya. Allah mewahyukan diri, kita merespon-Nya. Satu kalimat dinyatakan oleh Yesus: “Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.” Jadi, iman bukanlah karena usahaku mencari Dia, tetapi usaha Allah menemukan Aku. Aku ditemukan oleh Allah sang pemilik yang merindukan keselamatanku. Syukur kepada Tuhan.
Romo F.X. Agus Suryana Gunadi, Pr