Paroki Sambiroto Rayakan Hari Air Sedunia dengan ECO ATI

Hari Air Sedunia diperingati dengan berbagai cara. Paroki Santo Petrus Sambiroto, Semarang pun turut merayakannya dengan Misa, 22 Maret 2024. Misa yang diadakan di lahan pertanian paroki yang digarap umat itu dipimpin Romo Simon Atas Wahyudi, Pr dan Romo F.X.  Suhanto, Pr.

“Hari ini kita secara khusus merayakan ekaristi di tempat ini dalam rangka mendukung cita-cita Gereja untuk keutuhan ciptaan. Dan dalam rangka Water Day inilah kita merayakan ekaristi,” kata Romo Atas dalam pembukaan misa yang diikuti umat dengan khidmat itu.

Imam memakai pakaian inkulturatif Jawa. Lagu-lagu bertema lingkungan pun turut mewarnai misa pagi itu.

Dalam homilinya Romo Atas mengenalkan ECO ATI yang berarti E: Edukasi, C: Selebrasi, O: Observasi, A: Action (Aksi). “Itu yang dilaksanakan dalam Water Day. Pembelajaran bahwa air membutuhkan untuk dirawat. Selebrasi, seperti ini. Observasi, masing-masing daerah akan berlainan. Lalu aksi yang dibuat,” katanya.

Terkait dengan aksi, dalam misa itu juga dilakukan pemberkatan sumber mata air (sumur) secara simbolis dengan memasukkan garam ke tanki air yang telah diberkati. Romo Atas pun memanjat menara air untuk menaburkan garam tersebut. Sementara itu, Romo Hanto memberkati area lahan pertanian dengan pemercikan air yang telah diberkati.

“Hari Air Sedunia ECO ATI, edukasi-selebrasi-observasi-aksi. Hari air menyadarkan kita untuk bersyukur kepada Tuhan atas air dan juga memeliharanya untuk kehidupan ke depan generasi anak cucu kita,” katanya.

Koordinator Tim Keutuhan Ciptaan dan Lingkungan Hidup Paroki Sambiroto, Elisabeth Sapti Handayani mengatakan, dengan adanya ekaristi tersebut kita semakin mensyukuri anugerah air yang Tuhan berikan pada kita. “Air bisa menjadi anugerah, tetapi air bisa menjadi musibah. Tetapi ketika kita mengelola air, menyadari air itu sungguh-sungguh anugerah, tentunya itu sungguh-sungguh menjadi anugerah  bagi kita semua,” katanya.

Sapti juga berharap, melalui hari air semakin tumbuh kesadaran dari umat untuk berhemat air. “Mungkin saat ini kita tidak berjuang untuk air, tetapi di luar sana, tetangga kita, teman-teman kita yang berkekurangan air,” katanya. Sapti juga mengatakan, pemberkatan sumur sumber air itu dimaksudkan sebagai upaya untuk berbagi berkat, karena air tersebut bisa diakses siapapun. “Tentunya ini adalah salah satu sumber kita bahwa air bisa menjadi gerakan untuk berbagi,” katanya.

Tema Hari Air Sedunia 2024 adalah Air untuk Perdamaian. Suster Krista Susilawati, SDP yang turut hadir pada misa itu berharap, air kehidupan harus dirawat.

Romo Atas sendiri sudah cukup lama menyelenggarakan Misa Hari Air Sedunia. Ketika melayani di Paroki Weleri, ia setiap tahun merayakan Hari Air Sedunia dengan misa, visitasi dan pemberkatan sumber mata air di Gua Bunda Maria Ratu, Besokor, Weleri.

Isu air juga menjadi perhatian besar Paus Fransiskus.  Dalam Ensiklik Laudato Si’ ia menulis “Kelangkaan air yang makin besar akan menyebabkan peningkatan biaya pangan dan berbagai produk yang tergantung pada penggunaannya. Beberapa studi memperingatkan bahwa kekurangan air yang akut dapat terjadi dalam beberapa dekade jika tidak segera diambil tindakan. Dampaknya pada lingkungan dapat mempengaruhi miliaran orang; juga bisa diprediksi bahwa penguasaan air oleh perusahaan multinasional besar dapat menjadi salah satu sumber utama konflik pada abad ini. (LS 31).

 

 

 

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *