Komisi PSE KAJ Adakan Webinar Kelola Sampah Memelihara Bumi, Rumah Kita Bersama

Sampah jika tidak dikelola dengan baik akan mendatangkan musibah. Sebaliknya kalau sampah dikelola dengan baik akan menjadi berkah. Ketua Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), Romo Adrianus Suyadi, SJ menandaskan hal tersebut dalam webinar “Memelihara Bumi, Rumah Kita Bersama”, 21 Februari 2024.

Acara yang dihelat bertepatan dengan Hari Peduli Sampah Nasional 2024 itu bertujuan untuk mengenang tragedi sampah yang pernah terjadi pada 21 Februari 2005. “Di Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat, terjadi bencana sampah. Tumpukan sampah longsor karena hujan lebat dan menewaskan 157 orang, serta melenyapkan 2 kampung. Ini kiranya menjadi peringatan bagi kita semua bahwa sampah bisa menjadi musibah, tetapi sebaliknya kita juga menyadari bahwa sampah bisa menjadi berkah,” tutur Romo Suyadi.

Menurutnya, acara webinar malam itu hendak membalikkan semua bahwa sampah tidak selalu menjadi musibah “kalau kita bisa mengelolanya secara bijaksana”, bahkan “sampah bisa menjadi berkah”.

Romo Suyadi mengajak para peserta untuk melihat sampah yang semula adalah tantangan diubah menjadi peluang. “Kita mau membuka peluang yang ada. Peluang yang berasal dari tantangan. Sampah menjadi tantangan kita bersama tetapi sekaligus juga menjadi peluang,” katanya.

Dengan memanfaatkan peluang mengelola sampah, Romo Suyadi mengatakan, kita akan bisa mendapatkan berbagai macam benefit atau keuntungan. Sekurangnya ada 3 benefit, menurutnya. “Paling tidak kita harapkan kita mendapatkan 3 benefit ataupun keuntungan. Yang pertama, kita bisa mengelola lingkungan, keuntungan lingkungan. Kita tidak terkontaminasi oleh sampah di sekitar kita. Yang kedua, kita juga berharap bahwa itu akan mendatangkan rejeki, berarti keuntungan ekonomi. Dan kalau kita mendapatkan keuntungan lingkungan dan ekonomi, maka kita otomatis akan mendapatkan keuntungan sosial. Dan tidak berhenti hanya 3 P itu (people, planet, dan profit), tetapi kita juga perlu partnership. Kita perlu kerja sama antar berbagai macam pihak, karena sampah adalah menjadi persoalan kita bersama. Dengan partnership, kita yakin, bahwa kita akan bisa mengatasi masalah itu menjadi berkah,” tandasnya.

Dalam webinar yang diikuti peserta dari paroki, kelompok kategorial, sekolah dan kelompok pegiat lingkungan itu, Romo Suyadi berharap, semua pihak bisa bekerja sama. “Kita bisa bergandengan tangan untuk menjadikan gerakan kepedulian lingkungan ini sungguh-sungguh bisa berjalan secara masif. Dan dengan demikian kita bisa mendapatkan 3 keuntungan tadi,” ungkapnya.

Dalam kesempatan itu, Romo Suyadi juga berpesan tentang pentingnya memperhatikan proses hulu-hilir sampah yang dikelola. Khususnya minyak jelantah, Romo Suyadi berpesan supaya minyak jelantah disalurkan kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab dan menjamin tidak akan memproses kembali menjadi minyak goreng yang dipasarkan kembali ke masyarakat karena sangat berbahaya bagi kesehatan. Romo Suyadi juga meminta pegiat untuk sungguh memastikan minyak jelantah itu tidak mencemari lingkungan. Ia berharap supaya pegiat sungguh-sungguh memastikan minyak jelantah yang disalurkan itu tidak dikonsumsi manusia kembali, namun diubah menjadi energi, misalnya.

“Saya ingin memastikan bahwa minyak jelantah yang di-pool-kan tidak menyebabkan kerusakan lingkungan yang lain ataupun kerusakan kesehatan karena misalnya didaur ulang. Tetapi saya diyakinkan bahwa limbah minyak jelantah ini akan dijadikan energi. Jadi, bisa memberikan manfaat yang lain dengan tetap memelihara lingkungan,” imbuhnya.

Mungkin dari sisi ekonomi untungnya besar, ketika ada pihak-pihak yang mau membeli jelantah dengan harga tinggi namun setelah diproses secara kimia akan diedarkan kembali ke masyarakat untuk mengolah makanan. “Kita tidak mau itu. Maka, kita harus memastikan bahwa minyak jelantah yang kita kumpulkan dan akhirnya kita salurkan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi, ya mungkin tidak sebesar yang kalau kita jual untuk dipakai lagi, tetapi dampak jangka panjang, dampak lingkungannya adalah menjadi sangat baik. Dan tentu saja kalau lingkungan terpelihara, profit kita dapatkan, maka sosial lalu juga kita mendapatkan keuntungannya,” kada Romo Suyadi.

Romo Suyadi berharap pertemuan itu menjadi inspirasi bagi gerakan bersama, “bukan menjadi akhir, tetapi awal untuk gerakan kita bersama, sehingga menjadi habitus baru bagi kita untuk pengelolaan sampah menjadi berkah ini”.

Salman Habeahan mewakili Dirjen Bimas Katolik Kemenag RI, malam itu turut menyampaikan apresiasi yang tinggi terhadap kegiatan dalam upaya untuk mengelola sampah itu. Senada dengan Romo Suyadi, sampah memiliki dimensi sosial yang tinggi yang selaras dengan Arah Dasar (Ardas) KAJ. “Para komunitas peduli sampah, para pengelola sampah ini memiliki komunitas yang sangat kuat, yang sungguh-sungguh mencerminkan apa yang menjadi tema Ardas kita tahun ini di Keuskupan Agung Jakarta itu solidaritas dan subsidiaritas,” kata Salman.

Salman melihat, kegiatan pengelolaan sampah tidak hanya dari aspek ekonomi. “Tetapi hal yang menarik saya kira bahwa teman-teman yang terjun dalam memelihara atau mengelola sampah ini ikut berkontribusi bagaimana merawat bumi menjadi sungguh-sungguh rumah kita bersama,  sehingga sampah itu tidak menjadi masalah besar tetapi justru mendatangkan berkat, mendatangkan dimensi ekonomi,” katanya.

Salman melihat selain dari sisi ekonomi yang membuka peluang dan rejeki, pengelolaan sampah tersebut membuka “paradigma berpikir dan juga paradigma berelasi dengan bumi, dengan alam sekitar kita yang tentu relasi itu memberikan edukasi kepada setiap orang yang ikut terlibat dalam pengelolaan sampah ini”.

Selanjutnya, Salman berharap, komunitas pengelola sampah bisa menjadi bagian dari pengembangan sektor ekonomi seperti usaha kecil menengah (UKM), sehingga dalam keterlibatan tersebut juga membantu pemerintah, khususnya pemerintah daerah, tentang cara mengelola sampah dengan baik, bukan menjadi masalah, tetapi justru menjadi berkah. Dalam hal ini, peran Gereja melalui Komisi PSE sangat penting untuk bisa menaungi atau memberikan dorongan sehingga komunitas-komunitas pemberdayaan ini semakin bertumbuh dalam Gereja, bisa berkontribusi dalam mengatasi persoalan sosial dan ikut membantu pemerintah mengatasi masalah persampahan.

Ketua Tim Gerakan Pengumpulan Minyak Jelantah di KAJ dan anggota pengurus Komisi PSE KAJ, Miranda, menyampaikan pentingnya landasan spiritualitas dalam merawat bumi. “Di kitab Suci di Kejadian 2:15, di sana kelihatan jelas bahwa kita di bumi ini harus menjaga dan merawat bumi. Itu adalah satu kepedulian dari kita, tanggung jawab dari kita,” ungkapnya.

Webinar diperkaya dengan narasumber Immanuel Alfonsus (Community Engagement Advisor-Olah Kebaikan), yang bertema “Kelola Limbah Jelantah Mulai dari Rumah” dan Abel Gandhy  dari Universitas Pakuan, Bogor yang menyampaikan materi “Jaga Lingkungan dan Raih Keuntungan dari Budidaya Maggot”.

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *