Renungan Harian 14 Februari 2024

HARI RABU ABU

14 Februari 2024

Bacaan I               : Yl 2: 12-18

Bacaan II              : 2 Kor 5: 20 – 6: 2

Bacaan Injil         : Mat 6: 1-6. 16-18

Hanya debulah aku

Hanya debulah aku di alas kaki-Mu Tuhan. Hauskan titik embun Sabda penuh ampun. Ampun seribu ampun hapuskan dosa-dosaku. Segunung sesal ini kuhunjuk pada-Mu. Tak layak aku tengadah menatap wajah-Mu. Namun tetap kupercaya Maharahim Engkau. Itulah salah satu lagu masa Prapaskah yang mungkin paling populer. Biasanya dinyanyikan dalam hampir setiap ibadah dan pertemuan. Ya, jika tidak waspada manusia/kita bisa larut dalam perasaan jumawa. Seolah-olah diri ini paling hebat, paling benar, paling baik. Dan kemudian menilai sesama sebagai orang yang serba kurang: selalu salah, tidak memuaskan, penuh dosa, hipokrit, dan sebagainya. Dan sekarang kita diantarkan oleh Gereja untuk merefleksikan diri, bercermin serta bertanya: siapakah aku di hadapan Tuhan.

Engkau tetap mengasihiku. Hanya debulah aku di alas kaki-Mu. Ungkapan yang penuh makna dan menonjok ke ulu hati. Ternyata di hadapan Tuhan kita bukan siapa-siapa bahkan bukan apa-apa. Hanya debu pun di alas kaki. Secara obyektif tak bermakna bahkan menjadi kotoran yang layak disingkirkan dan dibenci. Dosa dan pelanggaran semakin melukiskan dengan jelas betapa dari diri kita sendiri kita tidak berharga di mata Tuhan.

Musim pertobatan sedang datang. Pertobatan adalah wujud konkret pembaruan hidup. Forma resmi dalam Gereja Katolik ada di perayaan Sakramen Tobat. Namun demikian, bahkan dalam setiap ibadah, selalu diawali dengan penelitian batin dan penyesalan atas dosa dan pelanggaran. Maka sesungguhnya, berlimpahlah belaskasih Allah. Terutama pada masa Prapaskah, ajakan pertobatan itu ditonjolkan. Sebagaimana seruan Nabi Yoel hari ini: “Tetapi sekarang juga, berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh. Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada Tuhan Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya.” (Yl 2: 12-13).

Menyadari diri sebagai debu yang tanpa guna dan tanpa arti, mari kita membarui diri kita di hadapan Tuhan. Mari mengundang Tuhan untuk menaklukkan kesombongan dan keangkuhan kita selama ini.

Romo F.X. Agus Suryana Gunadi, Pr

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *