Renungan Harian 4 Februari 2024

HARI MINGGU BIASA V

4 Februari 2024

Bacaan I               : Ayb 7: 1-4. 6-7

Bacaan II              : 1 Kor 9: 16-19. 22-23

Bacaan  Injil        : Mrk 1: 29-39

Dia menjadikan aku berarti

Saya mempunyai sahabat yang agak tidak wajar dalam memperlakukan sahabat. Dia suka mengalah. Jika ada makanan untuk santap bersama, dia selalu menawarkan orang sekelilingnya untuk memilih terlebih dahulu, baru dia mengambil yang terakhir. Jika orang dengan hormat memaksa dia untuk mengambil makanan terlebih dahulu, dia selalu memilih dengan pertimbangan ‘yang mungkin tidak dipilih orang lain’. Itu adalah daging yang paling kecil, mangga yang sepertinya paling asam, atau pisang yang sudah kehitam-hitaman. Ini mengherankan dan sekaligus mengagumkan. Dia sudah dipanggil Tuhan hampir 25 tahun lalu, tetapi kenangan akan dia selalu terngiang di hatiku. Sosok yang sedang mewartakan kebaikan Allah, yang sedang bercerita bahwa hidup ini tidak berhenti pada rasa ‘puas diri’ pada keduniawian.

Kitab Ayub menyatakan: “Hari-hariku berlalu lebih cepat daripada torak, dan berakhir tanpa harapan. Ingatlah, bahwa hidupku hanya hembusan nafas; mataku tidak akan lagi melihat dengan baik.” (Ayb 7: 6-7). Ya, hidup ini hanya hembusan nafas. Singkat.  Dan sahabat saya itu mengajak kita untuk mengisi hidup yang hanya setarikan nafas dengan nilai-nilai keutamaan Injili. Dia tidak berkotbah di mimbar, juga tidak berkoar-koar di keramaian. Hidupnya sunyi, namun penuh makna. Hidupnya sepi namun penuh pesan. Urip mung mampir ngombe; hidup ini ibarat hanya minum sejenak. Tempat kediaman kita yang sesungguhnya bukanlah di dunia. Ketika kita menyadari bahwa hidup ternyata hanya sejenak, ‘mung mampir ngombe’, apa yang mesti kita lakukan? Pertama, menghargai dan mengisi hidup dengan kualitas. Hidup di dunia memang hanya sejenak. Banyak orang tidak memiliki kesadaran ini. Sehingga mereka menghambur-hamburkan kesempatan untuk mempersiapkan kehidupan kekal dengan bersikap dan bertindak ‘semau gue’, mengagungkan diri dan pencapaian, dan menekan serta merugikan orang lain

Yesus berkeliling ke desa-desa untuk menyembuhkan mereka yang sakit. Demikianlah Dia melawat ibu mertua Simon. “Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan” (Mrk 1: 34). Mengapa Yesus melakukan hal ini? Dia sedang menyatakan bahwa hidup ini sangatlah berharga sekalipun hanya setarikan nafas saja. Oleh karena itu, supaya setiap makhluk bisa mengisi hidup penuh arti, Dia berkeliling untuk memulihkan mereka yang sedang tidak berdaya. Maka, ajakan untuk kita adalah: Marilah menjaga hidup kita masing-masing, dan mewartakan nilai hidup yang diberikan oleh Allah, kepada sesama. Kehidupan ini dianugerahkan oleh Allah untuk dipertanggungjawabkan. Mari kita lestarikan hidup kita. Hidup sungguh menjadi indah ketika dipersembahkan kepada Tuhan.

Romo F.X. Agus Suryana Gunadi, Pr

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *