Renungan Harian 14 Desember 2023

Hari ini kita memperingati 1 orang kudus yaitu St. Yohanes dari Salib – imam dan pujangga gereja. Dia lahir di Spanyol tahun 1542 dari keluarga bangsawan yang jatuh miskin. Sejak berusia 21 tahun, dia telah rajin berdoa dan bermatiraga. Cara hidupnya ini mendorong pimpinan biara untuk menyekolahkan dia Di Salamanca.

Setelah selesai studi dia ditahbiskan sebagai imam pada usia 25 tahun. Kemudian, karena persahabatannya dengan Theresia dari Avila, dia terdorong utk membaharui ordonya. Usaha ini tidak diterima baik oleh teman-teman seordonya, malah dia dipenjara selama 9 bulan. Selama di penjara itu, dia malah mendapatkan pengalaman rohani yang luar biasa, khususnya tentang salib Tuhan. Dia meninggal tanggal 14 Des 1591.

Melalui 1Kor 2: 1-10a Paulus menyapa umatnya: “Saudara-saudara, ketika datang kepadamu, aku tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu. Aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.

Aku juga telah datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar. Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh, supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah.

Sungguhpun demikian kami memberitakan hikmat di kalangan mereka yang telah matang, yaitu hikmat yang bukan dari dunia ini, dan yang bukan dari para penguasa dunia ini, yaitu para penguasa yang akan ditiadakan. Sebaliknya, yang kami beritakan ialah hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita.

Tidak ada dari penguasa dunia ini yang mengenalnya, sebab kalau sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia. Seperti ada tertulis: “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia, karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh.

Lukas dalam injilnya (Luk 14: 25-33) mewartakan: “Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka: “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.

Siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu?

Maksudnya supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya.

Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang?

Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian. Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.

Hikmah yang dapat kita petik:

Satu, Yohanes selama 9 bulan dipenjarakan oleh teman-teman seordonya. Pengalaman pahit itu tidak menghancurkan dia, malah dia mendapatkan pengalaman rohani yang luar biasa. Dia keluar sebagai pemenang.

Kesulitan, penghinaan, siksaan dari pihak mana pun, juga dari orang-orang seiman, sejawat, sebiara, tidak harus/tidak dengan sendirinya mematikan. Yohanes dari salib, telah membuktikan hal itu. Bangkit dan bergeraklah, wujudkan pada hari ini dan esok, kebahagiaan bersama Yesus yang tersalib.

Dua, Yesus bersabda: “Barangsiapa tidak memanggul salibnya, tidak dapat menjadi murid-Ku”.

Memikul salib dapat berarti juga “diberi tanggungjawab dan kepercayaan”. Tanggung jawab dan kepercayaan ini melekat erat pada orang itu, dan “tidak bisa dialihkan kepada orang lain”.

Karena tanggung jawab dan kepercayaan itu besar dan mulia, orang-orang yang mau memikul salib, hendaknya mempersiapkan diri baik-baik, jujur, cakap, tulus dan setia serta rela berkorban. Amin.

Mgr Nico Adi MSC

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *