MINGGU BIASA XXXII
12 November 2023
Bacaan I : Keb 6: 13-17
Bacaan II : 1 Tes 4: 13-18
Bacaan Injil : Mat 25: 1-13
Memaknai setiap peristiwa, mengarahkan hati menjadi pribadi bijaksana
Tak seorang pun merasa bahwa dirinya hidup penuh dengan kebijaksanaan. Bahwa setiap langkah yang dia ambil pastilah jatuh pada pilihan yang terbaik. Dan bahwa dia selalu dapat menimbang setiap keputusan dengan cermat dan sempurna. Kita tetaplah manusia yang terus belajar untuk menjadi bijaksana. Seumur hidup kita akan belajar untuk memilih dan memutuskan secara bijaksana.
Firman Tuhan yang kita temukan dalam Kitab Kebijaksaan mengajarkan kita untuk terus mengejar kebijaksanaan, membiasakan diri dengan pilihan yang bijaksana, dan menjadi pribadi yang jernih menimbang dan menentukan. “Barangsiapa pagi-pagi bangun demi kebijaksanaan tak perlu bersusah payah, sebab kebijaksanaan itu ditemukannya duduk di dekat pintu. Merenungkan kebijaksanaan merupakan pengertian sempurna, dan siapa yang berjaga karena kebijaksanaan akan segera bebas dari kesusahan.” (Keb 6: 14-15). Kebijaksanaan itu lahir dari keheningan yang detil, menyadari setiap peristiwa sebagai sesuatu yang selalu mengandung arti. Setiap peristiwa selalu mengirim makna yang semakin membentuk pribadi menjadi semakin bijaksana, karena belajar dari hikmah kejadian. Dijelaskan bahwa kebijaksaan itu sesungguhnya dekat dengan hidup keseharian kita. Ia menambahkan kekayaan kita akan nilai kehidupan ketika kita berani untuk memaknai setiap peristiwa sehari-hari. Peristiwa demi peristiwa akan mengantar kita pada kedewasaan yang dipenuhi dengan kebijaksanaan.
Kisah sepuluh gadis penyongsong mempelai. Yang lima bijaksana karena membawa pelita dan membawa pula cadangan minyak dalam buli-buli mereka. Sementara lima yang lain membawa pelita tetapi tidak membawa minyak dalam buli-buli. Akibatnya, ketika mempelai datang, lima gadis yang bodoh tidak bisa menyalakan pelita untuk waktu yang cukup. Pelita segera padam dan mereka ketinggalan acara. Orang bijaksana itu mempersiapkan segala sesuatu detil, fokus pada titik perhatian, dan bisa memastikan bahwa segala sesuatu akan berjalan dengan baik. Sementara, orang yang tidak bijaksana biasanya hidup dalam keseharian tanpa refleksi dan pembelajaran. Semua orang ingin hidupnya ‘matang’, artinya bijaksana. Namun kebijaksanaan itu tidak terbentuk sekali jadi, melainkan melalui pemaknaan akan setiap peristiwa setiap hari. Melalui setiap peristiwa hidup, Allah menyampaikan pesan. Dan ketika kita terus berusaha menangkap pesan Allah dan mempraktikkannya, niscaya kita akan bijaksana.
Romo F.X. Agus Suryana Gunadi, Pr