Renungan Harian 3 November 2023

Melalui Rom 9: 1-5 Paulus menyapa umatnya: “Saudara-saudara, aku mengatakan kebenaran dalam Kristus, dan aku tidak berdusta. Suara hatiku turut bersaksi dalam Roh Kudus, bahwa aku sangat berdukacita dan selalu bersedih hati. Bahkan, aku mau terkutuk dan terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani.

Mereka adalah orang Israel, telah diangkat menjadi anak, dan telah menerima kemuliaan, dan perjanjian-perjanjian, dan hukum Taurat, dan ibadah, dan janji-janji. Mereka adalah keturunan para bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaan-Nya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!

Lukas dalam injilnya (Luk 14: 1-6) mewartakan: “Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama.

Tiba-tiba datanglah seorang yang sakit busung air berdiri di hadapan-Nya. Lalu Yesus bertanya kepada para ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu: “Diperbolehkankah menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?” Mereka itu diam semuanya.

Lalu Ia memegang tangan orang sakit itu dan menyembuhkan dia lalu menyuruhnya pergi. Kemudian Ia berkata kepada mereka: “Siapakah di antara kamu yang tidak segera menarik ke luar anaknya atau lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur, meskipun pada hari Sabat?” Mereka tidak sanggup membantah-Nya.

Hikmah yang dapat kita petik:

Satu, Paulus tidak rela bahwa Israel dihukum/tidak mendapatkan apa-apa. Maka dia bersedia untuk menderita dan terkutuk, demi keselamatan/siap menjadi korban agar Israel (= bangsa terpilih itu) menerima kasih karunia Allah.

Demi keselamatan/penebusan/kesejahteraan warganya atau orang-orang terkasih semoga kita juga tergugah untuk mau berkorban.

Dua, Yesus berani berbuat baik kapan saja dan di mana saja, karena orang itu layak untuk ditolong dan untuk menunjukkan bahwa Allah berkuasa atas semua kekuasaan duniawi.

Belas kasih Allah melampaui apa yang dipikirkan manusia. Maka, di hadapan Allah sudah seharusnya kita tunduk dan mencari kehendak-Nya, demi kebaikan hidup manusia, dan bukan sebaliknya. Amin.

Mgr Nico Adi MSC

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *