
“Solidaritas Pangan Sehat untuk Generasi Bebas Stunting”
(Disampaikan sebagai pengganti khotbah, pada Perayaan Ekaristi Hari Sabtu/Minggu, 14/15 Oktober 2023)
Para Ibu dan Bapak, Oma dan Opa
Suster, Bruder, Frater,
Kaum muda, remaja dan anak-anak yang terkasih dalam Kristus
1. Setiap tanggal 16 Oktober, secara internasional diperingati Hari Pangan Sedunia (HPS). Tanpa bermaksud untuk mengurangi maknanya, kita umat Katolik di Keuskupan Agung Jakarta memperingati HPS pada hari Minggu yang paling dekat dengan peringatan HPS secara internasional itu. Dengan cara demikian, kita memperingati HPS sambil menghayati misteri penebusan Allah dalam perayaan Ekaristi dan memaknai peringatan tersebut dengan inspirasi Sabda Tuhan yang kita dengarkan.
2. Tahun ini Badan Pangan Dunia (FAO) mengusung tema HPS “Air adalah Kehidupan, Air adalah Makanan. Jangan Tinggalkan Seorang pun”. Kita tidak bisa membayangkan bagaimana kita bisa hidup tanpa air. Air tidak hanya dibutuhkan untuk menghilangkan rasa haus. Lebih daripada itu, air sangat berperan dalam menjaga keseimbangan alam dan keberlangsungan makhluk hidup di alam ini. Ketersediaan air yang cukup menjamin masyarakat dapat mengolah lahan pertanian dan menyediakan bahan pangan. Kekurangan air dapat terjadi karena faktor kemarau panjang yang merupakan akibat nyata dari perubahan iklim dunia. Namun, sangat disayangkan bahwa krisis air juga disebabkan oleh faktor manusia yaitu penguasaan sumber-sumber air besar, privatisasi dan komersialisasi yang bukan untuk kesejahteraan bersama. Di beberapa tempat, privatisasi air menjadi faktor penyebab petani mengalami kesulitan menggarap lahan pertanian dan masyarakat sulit mendapatkan sumber air bersih secara cuma-cuma.
3. Tema HPS internasional ini mengajak kita untuk menyadari pentingnya mengelola air secara berkeadilan demi kesejahteraan bersama, seiring dengan terus bertambahnya jumlah penduduk, pembangunan ekonomi, urbanisasi dan perubahan iklim yang mengancam ketersediaan air. Air dan makanan adalah kebutuhan dasar setiap orang agar dapat mencapai kepenuhan hidup sebagai manusia yang bermartabat. Karena itu tidak boleh ada seorang pun yang tidak mendapatkan akses kebutuhan dasar ini. Tema HPS ini sejalan dengan semangat dan upaya kita untuk mengamalkan Ajaran Sosial Gereja (ASG).
Saudari-saudara terkasih,
4. Dalam rangka menyambut HPS tahun 2023, Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) mengangkat tema “Solidaritas Pangan Sehat untuk Generasi Bebas Stunting”. Mengapa dipilih tema itu? Data-data berikut antara lain adalah jawabannya :
4.1. Skala krisis kelaparan dan malnutrisi dunia saat ini tinggi. Program Pangan Dunia (WFP) memperkirakan 345 juta lebih penduduk dunia mengalami tingkat kerawanan pangan yang tinggi pada tahun 2023 ini. Situasi di Indonesia juga tidak baik-baik saja. Menurut Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), angka kelaparan di Indonesia tahun 2022 sebesar 5,9 persen dari total penduduk atau sekitar 16,2 juta orang (databoks.katadata.or.id). Dibandingkan dengan 8 negara Asia Tenggara, persentase penduduk yang kelaparan di Indonesia tertinggi kedua. Akhir-akhir ini, Presiden Joko Widodo mengingatkan adanya ancaman krisis pangan global yang berdampak juga di Indonesia. Ini dipicu oleh adanya kenaikan suhu serta fenomena cuaca El Nino (pemanasan suhu permukaan air laut) yang menyebabkan kekeringan panjang dan penurunan produksi pangan. Krisis politik dunia dan meningkatnya jumlah penduduk ikut juga menghantui berkembangnya krisis ini (Tribunbisnis.com, 15 September 2023).
4.2. Kelaparan dan krisis pangan dapat mengancam status kesehatan masyarakat. Angka prevalensi stunting (tengkes atau balita kerdil) anak-anak usia bawah lima tahun (balita) di Indonesia – menurut data survei Status Gizi Nasional – masih tinggi, yakni 21,6 persen di tahun 2022. Masalah stunting pada anak-anak balita ini akan mempengaruhi pada kualitas sumber daya generasi masa depan bangsa. Menurut penelitian World Population Review 2022, angka rata-rata kecerdasan (IQ, Intelligence Quotient) masyarakat Indonesia termasuk rendah dibandingkan dengan negara-negara lain, yakni 78,49. Angka ini lebih rendah dari rata-rata IQ masyarakat dunia sebesar 82 (Kompas.com, 07/09/2023). Indonesia menempati posisi ke-130 dari total 199 negara yang diuji dan urutan ke-10 dari 11 negara di Asia Tenggara. Faktor asupan gizi dan status kesehatan, selain faktor-faktor lainnya, sangat besar pengaruhnya bagi tinggi rendahnya angka kecerdasan.
4.3. Kita menghargai upaya-upaya pemerintah untuk mencegah dan menurunkan angka stunting. Presiden Joko Widodo meminta jajaran pemerintahannya untuk menurunkan angka stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024. Untuk melaksanakan perintah presiden tersebut, Kementerian Kesehatan RI mencanangkan program 11 Intervensi Spesifik Atasi Stunting. Menyadari bahwa masalah stunting menjadi masalah kita bersama, maka kita umat Katolik KAJ – yang sedang berdinamika dalam semboyan Semakin Mengasihi, Semakin Peduli, Semakin Bersaksi – terpanggil untuk peduli terhadap masalah ini dan mencari jalan-jalan baru untuk mewujudkan kepeduliaan itu.
Saudari-saudaraku yang terkasih,
5. Untuk mengembangkan kepedulian, kita membutuhkan inspirasi, bukan sekedar motivasi. Pesan Sabda Tuhan yang kita dengarkan pada hari ini memberikan inspirasi itu.
5.1. Nabi Yesaya berbicara mengenai perjamuan mewah yang disediakan Tuhan untuk segala bangsa (Yes 25:6) sebagai gambaran keselamatan. Keselamatan yang digambarkan sebagai perjamuan mewah itu adalah kesejahteraan bersama yang berhasil diwujudkan, untuk semua orang tanpa kecuali. Perjamuan seperti itu tidak dapat dibayangkan terjadi tanpa keterlibatan banyak orang.
5.2. Sementara Injil Matius menggambarkan Kerajaan Allah sebagai perjamuan nikah yang diadakan oleh seorang raja dan menyebarkan undangan agar para undangan ikut terlibat dalam memeriahkan perjamuan itu. Tetapi sekian banyak yang diundang, sekian banyak pula yang mengabaikan undangan itu. Kisah ini menyadarkan kita untuk tidak mengikuti sikap para undangan yang tidak menghadiri pesta, artinya tidak mau melibatkan diri dalam kemeriahan pesta. Sebaliknya kita diharapkan menerima undangan untuk menjadikan pesta itu sungguh meriah. Konkretnya, kita diundang untuk ikut melibatkan diri dalam gerakan HPS internasional, maupun bagian khusus yang dipilih di KAJ.
6. Pertanyaannya, apa yang dapat kita lakukan sebagai wujud nyata kepedulian dan keterlibatan kita?
6.1. Kita dapat meneruskan kebiasaan menghargai pangan dengan mengupayakan pola makan secukupnya dan sehat serta tidak membuang makanan. Paus Fransiskus mengecam budaya membuang makanan di tengah dunia yang kian konsumeristis ini. “Membuang makanan sama dengan mencuri dari meja mereka yang miskin dan kelaparan,” (Paus Fransiskus, 5 Juni 2013).
6.2. Komunitas umat beriman di paroki, lingkungan, komunitas religius dan komunitas kategorial dapat mengadakan gerakan aksi untuk mencegah anak-anak stunting di lingkungan masing-masing. Penyadaran pola makan sehat dan pemberian makanan bergizi pada remaja puteri dan ibu hamil dapat menurunkan risiko anak yang akan mereka lahirkan mengalami stunting. Koordinasi dan kerjasama dengan Puskesmas, Posyandu dan tenaga kesehatan penting agar aksi-aksi yang dilakukan dapat berdampak. Kita hendaknya tidak hanya melakukan aksi sekali dua kali saat memperingati HPS saja. Aksi ini mesti diupayakan secara berkelanjutan.
6.3. Sekolah-sekolah Katolik, khususnya SMP, SMA dan SMK, secara berkala dapat mengadakan kegiatan penyadaran gizi dan tambahan asupan gizi atau vitamin yang sesuai untuk siswi-siswi yang akan melahirkan generasi masa depan bangsa.
6.4. Berkaitan dengan kebutuhan air, pentingnya kesadaran akan sikap hemat air mesti ditanamkan sejak dini dalam diri dan keluarga kita masing-masing. Dapat dipikirkan pula kemungkinan keluarga-keluarga atau lembaga-lembaga Katolik yang mempunyai air melimpah, mencari cara-cara sederhana untuk berbagi air dengan masyarakat yang tidak mempunyai sumber air di lingkungan masing-masing. Bahkan sangat mungkin dan ada banyak cara paroki dan lembaga-lembaga Katolik membantu masyarakat yang mengalami kekeringan itu dengan dana.
Saudara-saudari terkasih,
7. Akhirnya, bersama-sama dengan para imam dan semua pelayan umat, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada para ibu/bapak/suster/bruder/frater/kaum muda/remaja dan anak-anak sekalian, yang dengan peran berbeda-beda telah ikut mengemban tanggung jawab menampilkan wajah Allah yang peduli, berbelas kasih dan terlibat. Semoga kita, umat Keuskupan Agung Jakarta terus berjalan bersama dengan semangat semakin mengasihi, semakin peduli dan semakin bersaksi dan tidak lelah mencari jalan-jalan baru untuk mewujudkannya dalam hidup kita. Salam sehat berlimpah berkat untuk Anda, keluarga dan komunitas Anda.
+ Kardinal Ignatius Suharyo
Uskup Keuskupan Agung Jakarta