Dalam Neh 8: 1-5a.6-7.8b-13 dikisahkan: “Ketika tiba bulan yang ketujuh, sedang orang Israel telah menetap di kota-kotanya, serentak berkumpullah seluruh rakyat di halaman di depan pintu gerbang Air. Mereka meminta kepada Ezra, ahli kitab itu, supaya ia membawa kitab Taurat Musa, yakni kitab hukum yang diberikan TUHAN kepada Israel.
Lalu pada hari pertama bulan yang ketujuh itu imam Ezra membawa kitab Taurat itu ke hadapan jemaah, yakni baik laki-laki maupun perempuan dan setiap orang yang dapat mendengar dan mengerti. Ia membacakan beberapa bagian dari kitab itu di halaman di depan pintu gerbang Air dari pagi sampai tengah hari di hadapan laki-laki dan perempuan dan semua orang yang dapat mengerti.
Dengan penuh perhatian seluruh umat mendengarkan pembacaan kitab Taurat itu. Ezra, ahli kitab itu, berdiri di atas mimbar kayu yang dibuat untuk peristiwa itu. Ia membuka kitab itu di depan mata seluruh umat, karena ia berdiri lebih tinggi dari semua orang itu.
Pada waktu ia membuka kitab itu semua orang bangkit berdiri. Lalu ia memuji TUHAN, Allah yang maha besar, dan semua orang menyambut dengan: “Amin, amin!”, sambil mengangkat tangan.
Kemudian mereka berlutut dan sujud menyembah kepada TUHAN dengan muka sampai ke tanah. Juga Yesua, mengajarkan Taurat itu kepada orang-orang itu, sementara orang-orang itu berdiri di tempatnya.
Bagian-bagian dari kitab itu, yakni Taurat Allah, dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan, sehingga pembacaan dimengerti. Lalu Nehemia, yakni kepala daerah itu, dan imam Ezra, ahli kitab itu, dan orang-orang Lewi yang mengajar orang-orang itu, berkata kepada mereka semuanya: “Hari ini adalah kudus bagi TUHAN Allahmu. Jangan kamu berdukacita dan menangis!”, karena semua orang itu menangis ketika mendengar kalimat-kalimat Taurat itu.
Lalu berkatalah Ezra kepada mereka: “Pergilah kamu, makanlah sedap-sedapan dan minumlah minuman manis dan kirimlah sebagian kepada mereka yang tidak sedia apa-apa, karena hari ini adalah kudus bagi Tuhan kita!
Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena TUHAN itulah perlindunganmu!” Juga orang-orang Lewi menyuruh semua orang itu supaya diam dengan kata-kata: “Tenanglah! Hari ini adalah kudus. Jangan kamu bersusah hati!”
Maka pergilah semua orang itu untuk makan dan minum, untuk membagi-bagi makanan dan berpesta ria, karena mereka mengerti segala firman yang diberitahukan kepada mereka.
Lukas dalam injilnya (Luk 10: 1-12) mewartakan: Pada waktu itu Tuhan menunjuk 70 murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya.
Ia berkata kepada mereka: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan para pekerja untuk tuaian itu.
Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapapun selama dalam perjalanan.
Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, salammu itu akan tinggal atasnya, tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu.
Tinggallah di rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah.
Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu.
Sebaliknya, jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu tidak diterima di situ, pergilah ke jalan-jalan raya kota itu dan serukanlah: Juga debu kotamu yang melekat pada kaki kami, kami kebaskan di depanmu; tetapi ketahuilah ini: Kerajaan Allah sudah dekat. Aku berkata kepadamu: pada hari itu Sodom akan lebih ringan tanggungannya daripada kota itu.”
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, Imam Ezra membacakan firman Tuhan dengan jelas dan di tempat yang tepat sehingga semua orang bisa mendengar dengan baik. Dan dia juga memberikan keterangan sehingga mereka semua mengerti.
Hendaknya para pembaca firman (lektor) menyadari bahwa Tuhan hendak menyapa umat-Nya melalui sabda yang dibacakan itu. Maka, hendaknya dia membaca dengan suara lantang dan di tempat yang tepat. Suara yang lantang, ucapan yang jelas dan tempat yang tepat, sungguh amat membantu umat untuk menangkap dan meresapkan sabda Tuhan dengan lebih mudah.
Dua, para murid Tuhan diutus untuk mewartakan firman dan kebaikan Allah ke pelbagai tempat, tanpa harus repot dengan rupa-rupa hal membuat dirinya tidak fokus dan menyusahkan tuan rumah. Hendaknya mereka itu siap sedia untuk menerima keadaan umat dan fasilitas serta makan minum yang disediakan dengan gembira. Amin.
Mgr Nico Adi MSC