Melalui 1Tim 3: 1-3 Paulus menyapa muridnya: “Saudaraku yang terkasih, benarlah perkataan ini: “Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah.” Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang, seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya.
Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah? Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis. Hendaklah ia juga mempunyai nama baik di luar jemaat, agar jangan ia digugat orang dan jatuh ke dalam jerat Iblis.
Demikian juga diaken-diaken haruslah orang terhormat, jangan bercabang lidah, jangan penggemar anggur, jangan serakah, melainkan orang yang memelihara rahasia iman dalam hati nurani yang suci.
Mereka juga harus diuji dahulu, baru ditetapkan dalam pelayanan itu setelah ternyata mereka tak bercacat. Demikian pula para isteri hendaklah orang terhormat, jangan pemfitnah, hendaklah dapat menahan diri dan dapat dipercayai dalam segala hal.
Diaken haruslah suami dari satu isteri dan mengurus anak-anaknya dan keluarganya dengan baik. Mereka yang melayani dengan baik beroleh kedudukan yang baik sehingga dalam iman kepada Kristus Yesus mereka dapat bersaksi dengan leluasa.
Lukas dalam injilnya (Luk 7: 11-17) mewartakan: “Ketika itu, Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Para murid-Nya pergi bersama-sama dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya berbondong-bondong.
Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu. Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: “Jangan menangis!”
Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: “Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!” Maka bangunlah orang itu, lalu duduk dan mulai berkata-kata. Kemudian, Yesus menyerahkan dia kepada ibunya.
Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata: “Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita,” dan “Allah telah melawat umat-Nya.” Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan di seluruh daerah sekitarnya.
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, Paulus mengingatkan para penatua (= pemimpin umat) dan calon penatua bahwa jabatan penatua itu terhormat dan indah. Maka, orang yang menjabat dan calon pejabat, hendaknya menyelaraskan kepribadian dan perilaku serta segala sesuatu yang dituntut dalam melaksanakan tanggung jawab itu.
Karena mereka itu akan menjadi panutan, bagi semua orang kapan pun dan di mana saja, nasihat Paulus yang dibacakan tadi wajib diperhatikan dan dilaksanakan.
Dua, Yesus tergerak hati untuk menolong orang yang benar-benar tidak berdaya. Dalam injil tadi, yang ditolong Yesus adalah seorang janda yang ditinggal mati anak tunggalnya. Pada masa itu, janda adalah orang kecil dan tidak punya jaminan hidup bagi dirinya. Hidupnya tergantung pada kebaikan orang lain. Kematian anak tunggal itu, makin membuat hidupnya terpuruk.
Dengan membangkitkan anaknya, masa depan janda itu terbuka, jaminan sosialnya jelas dan martabatnya dipulihkan.
Orang yang membantu orang kecil sehingga dia mandiri sebenarnya “membuka kehidupan dan memulihkan status sosialnya dan martabatnya. Dengan melakukan hal itu, kita sesungguhnya memuliakan Allah yang hadir pada diri orang itu. Semoga kita berani dan bertekad untuk berbuat demikian. Amin.
Mgr Nico Adi MSC