Renungan Harian 15 September 2023

Hari ini adalah hari peringatan Maria Bunda Berdukacita. Ada banyak derita yang dialami bunda kita, karena itu dia disebut Mater Dolorosa (= Bunda Dukacita) namun Gereja meringkasnya dalam 7 dukacita saja.

Dukacita itu adalah: 1) Ramalan Simeon ketika Kanak-kanak Yesus dipersembahkan di bait Allah. 2) pengungsian ke Mesir. 3) Yesus hilang pada umur 12 tahun. 4) Maria berjumpa dengan Yesus yang sedang memanggul salib. 5) Yesus disalibkan dan wafat. 6) Maria menerima jenazah Yesus. 7) Yesus dimakamkan.

Melalui Ibr 5: 7-9 Paulus menyapa umatnya: “Saudara-saudara, dalam hidup-Nya sebagai manusia, Yesus telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Allah, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.

Sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya, dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya.

Yohanes dalam injilnya (Yoh 19: 25-27) mewartakan: “Di dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah, anakmu!”

Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya: “Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.

Hikmah yang dapat kita petik:

Satu, ada banyak derita yang dialami Bunda Maria meski beliau penuh rahmat, terpuji di antara kaum perempuan, dan Tuhan menyertainya. Semua derita itu justru menunjukkan bahwa ibu kita berjuang agar tahan bantingan dan dapat mengatasi semuanya itu.

Beliau tidak duduk manis sebagai nyonya besar dan menerima semuanya dengan gratis. Beliau memberi teladan bahwa meski kita punya karunia dan rupa-rupa fasilitas, kerja keras, jujur dan rendah hati tetap wajib dilakukan.

Dua, Yesus amat paham akan keadaan batin ibunya yang begitu hancur akibat derita amat berat yang dialami-Nya. Maka, dia menghibur ibunya dengan memberikan Yohanes sebagai anaknya, untuk menggantikan diri-Nya.

Hendaknya kita belajar peka dan peduli pada orang-orang yang sedang menderita. Amin.

Mgr Nico Adi MSC

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *