Hari ini kita memperingati 1 orang kudus yaitu St. Agustinus. Ia lahir di Tagaste, Afrika Utara tahun 354. Ibunya bernama Monika, seorang kristen yang saleh, sedangkan ayahnya (Patrisius) seorang tuan tanah yang kaya, namun masih kafir. Berkat doa Monika dia bertobat.
Karena kecerdasannya, Agustinus menjadi penganut Manikeisme dan meragukan kebenaran agama-agama. Berkat pertolongan St Ambrosius dia bertobat dan menemukan ketenangan setelah membaca Kitab Suci, dan dibaptis tahun 387.
Kemudian dia masuk seminari dan ditahbiskan sebagai imam dan ditempatkan di Hippo. Di sana pula dia diangkat menjadi uskup. Lewat pewartaan dan tulisan-tulisannya, banyak orang yang bertobat.
Yohanes dalam 1Yoh 4: 7-16 menyapa umatnya: “Saudara-saudara-ku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.
Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya.
Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.
Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, haruslah kita juga saling mengasihi. Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita.
Demikianlah kita ketahui, bahwa kita tetap berada di dalam Allah dan Dia di dalam kita: Ia telah mengaruniakan kita mendapat bagian dalam Roh-Nya. Dan kami telah melihat dan bersaksi, bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia.
Barangsiapa mengaku, bahwa Yesus adalah Anak Allah, Allah tetap berada di dalam dia dan dia di dalam Allah. Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.
Matius dalam injilnya (Mat 23: 8-12) mewartakan sabda Yesus kepada orang banyak: “Janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapapun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias.
Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, Agustinus yang cerdas itu, bingung dan meragukan kebenaran agama-agama. Berkat bimbingan uskup Ambrosius, dia rajin membaca Kitab Suci dan menemukan kebenaran. Batinnya mendapatkan ketenangan.
Bila kita sedang bingung atau galau bahkan sedang mengalami kekalutan, hendaknya mencari bimbingan kepada gembala umat. Semoga dengan bantuan Allah melalui mereka persoalan dapat diatasi.
Dua, Yesus mengalami dan karena itu menegaskan bahwa gelar-gelar dapat membuat orang terbius oleh harta, kekuasan dan popularitas. Maka, Dia lebih mengarahkan umat-Nya untuk lebih banyak berbuat baik kepada sesama daripada sibuk berdiskusi tentang kedudukan, kepimpinan, gelar-gelar, dan lain-lain. Amin.
Mgr Nico Adi MSC