MINGGU BIASA XXI
27 Agustus 2023
Bacaan I : Yes 22: 19-23
Bacaan II : Rom 11: 33-36
Bacaan Injil : Mat 16: 13-20
Kitab suci, tradisi , dan magisterium
Kabar gembira untuk seluruh dunia, yaitu bahwa di tengah isu semakin banyak orang menjadi ateis, Gereja Katolik masih mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Gereja Katolik adalah institusi yang sangat besar, terdiri dari satu milyar tiga ratus lima puluh juta pengikut. Gereja Katolik saat ini tumbuh subur di daratan Afrika dan Asia. Kalau sekarang masih tegar dan masih berkembang, itu karena berbagai aspek yang terus menerus dipelihara dan sekaligus dibarui. Ingat, Gereja Katolik mendasarkan diri pada Firman Allah dalam Alkitab, yang menjadi pedoman utama peziarahan sepanjang masa. Firman Allah itu selalu disuarakan dan diwujudkan dalam praktik perutusan setiap pribadi, dalam komunitas gerejawi, dan dalam setiap langkah Gereja dunia. Tradisi Suci, yaitu tradisi iman yang telah dihidupi sejak zaman para rasul/Gereja Perdana tetap terpelihara sebagai warisan iman yang membawa kekudusan (misalnya, aneka tata perayaan sakramen). Dan sepanjang dua ribu tahun, keberlanjutan kepemimpinan tetap berlangsung. Tuhan menunjuk Petrus sebagai kepala Gereja, Petrus menahbiskan penggantinya, dan para paus menahbiskan uskup, serta uskup menahbiskan imam tetap berlangsung. Kepada ajaran para bapa Gereja, kita semua mengamini.
Di satu sisi erat memegang tradisi, Gereja selalu membarui diri! Gereja selalu membarui diri supaya signifikan bagi umatnya, dan relevan menjawab kebutuhan masyarakat dunia. Maka penunjukan Yesus kepada Petrus adalah titipan untuk memelihara ajaran dan tradisi, dan sekaligus untuk mengembangkannya sesuai dengan perkembangan zaman. “Dan Aku berkata kepadamu: Engkaulah Petrus, dan di atas batu karang ini akan Kudirikan jemaat-Ku, dan alam maut tidak akan menguasainya”. Benarlah sepanjang duaribu tahun Gereja telah melewati berbagai ujian. Menghadapi penganiayaan yang berlangsung tiga abad, bergulat dengan kekuasaan yang pernah menyeretnya terlibat dalam tatanan yang tidak adil, menghadapi arus gerakan reformasi di abad XVI, revolusi industri yang mengubah kultur kehidupan, dan memasuki era modern sekarang ini, Gereja tetap kokoh berdiri.
Pesan kita yang hidup pada zaman ini adalah setia pada Gereja dengan segala pengalaman sejarah dan tradisinya yang pasti meneguhkan iman kita, tetapi juga berani mengambil peran untuk ikut dalam karya pembaruan Gereja di habitat kehidupan kita masing-masing.
Romo F.X. Agus Suryana Gunadi, Pr