MINGGU PRAPASKAH III
12 Maret 2023
Bacaan I : Kel 17: 3-7
Bacaan II : Rom 5: 1-2. 5-8
Bacaan Injil : Yoh 4: 5-42
Didewasakan oleh pergumulan hidup
Siapa sih yang tidak pernah menghadapi perkara kehidupan? Siapa sih yang belum pernah bergumul untuk memurnikan iman. Bahkan para kudus pun disucikan melalui pengalaman pergulatan yang semakin memurnikan imannya kepada Allah. Sesungguhnya Abraham, bapa bangsa Israel telah meletakkan teladan iman yang sempurna. Dari kenyamanan hidup, dia sanggup mengikuti kehendak Allah tanpa bersungut sungut. Bahkan ketika Allah meminta Ishak anaknya dikorbankan, Abraham pun setia mengikuti perintah Allah. Dia tidak mempertanyakan maksud Allah apalagi menyanggahnya. Namun sikap iman yang benar tersebut tidak dihidupi sekara konsisten oleh keturunan Abraham yaitu bangsa Israel. Ketika mereka keluar dari tanah perbudakan Mesir dan mengalami derita padang gurun, mereka terus merengek dan menyalahkan Musa yang pemimpin. “Mengapa pula engkau memimpin kami keluar dari Mesir, untuk membunuh kami, anak-anak dan ternak kami dengan kehausan?” Bahkan Tuhan pun mereka pertanyakan: “Adakah Tuhan di tengah-tengah kita atau tidak?” Bangsa Israel bergumul dengan egoismenya sendiri dan memurnikan imannya melalui pengalaman kelaparan.
Percakapan antara Yesus dan perempuan Samaria melukiskan betapa untuk menjadi percaya, membutuhkan proses yang tidak mudah. Kepada perempuan Samaria itu Yesus menerangkan tentang siapa diri-Nya sesungguhnya, dan bagaimana selayaknya perempuan Samaria tersebut percaya kepada-Nya. Namun rupa-rupanya perempuan tersebut hidup dengan keyakinannya sendiri dan tidak mau terbuka pada Firman Allah. Walau demikian, Yesus tidak henti menerangkan kepada si perempuan, sampai perempuan tersebut paham dan mengimani-Nya. “Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar juruselamat dunia”. Akhirnya setelah bergumul/mengolah pengalamannya, perempuan Samaria itu percaya.
Merenungkan dua peristiwa di atas, yaitu proses beriman bangsa Israel dan pengalaman perempuan Samaria, menjadi jelas bahwa iman itu didewasakan melalui pengalaman pergulatan kehidupan. Keselamatan datang dari Tuhan. Ia memberikan dengan cara-Nya sendiri dan dalam waktu-Nya sendiri. Waktu Tuhan bukanlah waktu kita. Dari pihak kita dituntut untuk memiliki hati yang terbuka menerima cara Allah membimbing kita.
Romo Agus Suryana Gunadi, Pr