Renungan Harian 5 Maret 2023

MINGGU PRAPASKAH II

5 Maret 2023

 

Bacaan I               : Kej 12: 1-4a

Bacaan II              : 2 Tim 1: 8b-10

Bacaan Injil         :  Mat 17: 1-9

 

Menjadi tonggak karya penyelamatan Allah.

Seekor monyet menemukan kacang tanah yang terdapat dalam sebuah toples. Tanpa ragu satu  tangannya segera dimasukkan ke dalam toples. Dia meraup sebanyak mungkin dalam genggaman tangan, lalu berusaha untuk mengeluarkan tangan dari toples itu. Namun apa daya, karena telapak tangannya menggenggam sejumlah besar kacang, dia tidak dapat mengeluarkan tangan itu dari toples. Dia berteriak menjerit-jerit minta tolong pada teman monyet lain. Namun tidak ada yang bisa membantunya. Baru ketika kelelahan, dia melepaskan genggamannya, dan tangan bisa dikeluarkan. Pesan moralnya, jika menghendaki Allah melimplahkan rahmat-Nya kepada kita, bukalah hati kita pada kehendak Allah, dan jangan memegang erat apa yang menjadi rancangan kita sendiri.

Abraham adalah bapa orang beriman. Ia begitu beriman, percaya pada kehendak Allah, sampai dia rela meninggalkan kenyamanan hidupnya dan mengikuti kehendak Allah karena ia percaya bahwa Allah akan memberikan kepadanya berkat. Jika mau, dia bisa menggenggam kenyamanan hidupnya sendiri dan keluarganya. Dia menjadi bapa dalam keluarga besar yang sangat respek terhadapnya. Dia mempunyai kekayaan yang sangat berlimpah dari ribuan ternaknya. Dalam kenyamanan bersama keluarga yang tinggal di Haran, daerah Mesopotamia, tiba-tiba dia mendapat panggilan dari Allah untuk berpindah ke negeri Kanaan. Bagi Abraham, Kanaan adalah negeri antah berantah, tak terbayangkan. Dalam usia yang sudah 75 tahun, dia menjawab panggilan Allah. Demi percaya pada kehendak Allah yang mulia, yaitu janji berkat yang berkelimpahan dan pengutusan menjadi berkat bagi semua orang, Abraham ‘sendika’. Dia sanggup. Kesanggupan Abraham membuka terwujudnya rancangan Allah untuk menyelamatkan umat manusia.

Kisah penampakan kemuliaan Yesus di Gunung Tabor memberi pesan penegasan tentang kesanggupan Abraham untuk menjadi pembuka jalan karya keselamatan Allah. Matius meletakkan kisah itu di tengah-tengah Injil tulisannya, seolah-olah mengatakan: setelah mempersiapkan para murid sekian lama, kini refleksi memasuki tahap kedua; sebelum itu, ditampakkanlah Yesus yang mulia, untuk memesankan bahwa kemuliaan itu diperolehnya melalui sengsara dan wafat-Nya. Setelah peristiwa Gunung Tabor, Yesus mulai terus terang akan nasib yang akan menimpanya, dibunuh oleh para tua-tua, wafat dan bangkit.

Abraham memilih jalan Tuhan untuk meninggalkan kenyamanan dan mengikuti perintah Allah. Demikian pula Yesus, memilih kehendak Bapa-Nya untuk menelusuri jalan salib penuh sengsara dan bermuara pada kematian, supaya kehendak Allah untuk menyelamatkan dunia terlaksana. Becermin pada pengalaman Abraham, dan diilhami oleh Yesus yang sanggup menerima kehendak Bapa, marilah kita nyatakan kemauan kita untuk bertekun menelusuri lorong kehidupan yang ditunjukkan oleh Tuhan, supaya kita pun mengambil bagian dalam karya penyelamatan Allah bagi sesama kita.

Romo F.X. Agus Suryana Gunadi, Pr

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *