Ketua Presidium Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Mgr Antonius Bunjamin Subianto, OSC mengapresiasi dan bersyukur atas terselenggaranya Seminar Nasional Dokumen Abu Dhabi “Tentang Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Beragama” di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta, 25 Januari 2023.
“Partisipasi, kontribusi dan kehadiran para tokoh lintas agama dan kepercayaan hari ini sudah menyuarakan kesaksian persaudaraan kemanusiaan yang jauh lebih efektif dan lebih efisien daripada ucapan yang akan saya sampaikan ini. Sebenarnya ini sudah kesaksian kepada seluruh dunia, sungguh Indonesia, bahwa inilah persaudaraan sejati sebagai kelanjutan dari Dokumen Abu Dhabi,” katanya.
Ia pun mengajak semua pihak untuk melanjutkan gerakan tersebut secara lebih nyata. “Mari kita lanjutkan dengan gerakan-gerakan yang kita miliki saat ini. Dalam ensiklik Fratelli Tutti yang berarti “Saudara-saudari Semua” atau “Kita Semua Saudara” yang dibuat pada 3 Oktober 2020, Paus Fransiskus mengajak kita untuk terlibat aktif dalam persaudaraan dan persahabatan sosial dengan siapapun sebagaimana dicontohkan Santo Fransiskus Assisi yang menyapa siapapun dan bahkan apapun sebagai saudara dan saudari, sebagai ungkapan nyata kehidupan yang berdasarkan aroma Injil berdasarkan iman dan kepercayaan kepada Tuhannya,” kata Mgr Anton.
Menurutnya, dengan cara yang sederhana dan langsung, Santo Fransiskus mengungkapkan hakikat dan keterbukaan persaudaraan yang memungkinkan kita untuk mengakui, menghargai, dan mencintai setiap pribadi tanpa tergantung pada fisik, tanpa memperhatikan iman, tanpa memperhatikan tempat ia dilahirkan dan dia berada.
Seperti kita ketahui, lanjutnya, Santo Fransiskus berkunjung kepada Sultan Malik Al Kamil di Mesir untuk membawa misi perdamaian. Menurutnya, pertemuan persaudaraan itu memberi pesan kepada dunia saat ini dan saat itu, bahwa hati suci kaitannya dengan Allah yang diimaninya membuat orang yang berbeda bisa bersaudara satu sama lain.
Maka, lanjutnya, untuk mengenang momen historis yang membawa warta persaudaraan perdamaian tersebut, 800 tahun kemudian terjadi pertemuan 2 tokoh besar agama, Sri Paus Fransiskus bersama dengan Imam Besar Al Azhar Syekh Ahmed Al Tayeb yang menandatangani dokumen “Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama” di Abu Dhabi, 4 Februari 2019.
Menurutnya, sebagai gaung dari momen kemanusiaan itu dan tentunya atas usul dari kedua pihak, Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar Syekh Ahmed Al Tayeb, Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) sejak tahun 2021, 4 Februari menjadi hari Internasional untuk Persaudaraan Manusia.
“Hal ini membangkitkan kesadaran akan persahabatan dan persaudaraan manusia yang mendorong gerakan kepedulian melawan virus ketidakpedulian. Hari Internasional untuk Persaudaraan Manusia juga adalah tanda bangkitnya kesadaran akan perbedaan budaya dan agama serta bangkitnya gerakan melalui pendidikan toleransi dengan menerima dan menghormati perbedaan budaya, agama, dan kepercayaan sebagai rahmat,” katanya.
Mgr Anton melanjutkan, dalam Natal nasional terakhir, Menteri Agama menyampaikan kata-kata yang mengesankan dalam sambutannya bahwa untuk menghidupi toleransi dan mensyukuri keberagaman, yang beda jangan disamakan, yang sama jangan dibeda-bedakan.
Ia pun mengatakan, tokoh-tokoh agama diharapkan tidak hanya menyampaikan pesan kepada umatnya, tetapi juga kepada seluruh umat manusia. Paus Fransiskus, katanya, pernah membuat pernyataan yang mengagetkan, ‘Saya percaya kepada Allah, tetapi bukan kepada Allah Katolik’.
“Tidak ada Allah Katolik. Allah adalah Bapa bagi semua orang. Sri Paus kiranya mau mengatakan bahwa Allah yang sesungguhnya bukan Allah yang terbatas pada kelompok tertentu, terkotak-kotak. Allah menciptakan dan mencintai manusia semua. Allah juga memberi kesempatan kepada siapapun untuk berbuat baik sesuai dengan kehendak Allah. Tidak ada monopoli untuk perbuatan baik. Dalam diri setiap orang apabila dikehendaki Allah, ada kebaikan yang kita patut hargai. Jadi, bayangkan kalau Allah terkotak-kotak, nanti di surga juga terkotak-kotak. Ada surga Eropa, ada surga Katolik. Surga yang kita imani di situ persaudaraan. Maka kehidupan di dunia ini harus mencerminkan kehidupan-kehidupan surgawi. Dan terima kasih kepada tokoh agama dan tokoh kepercayaan yang telah dicontohkan oleh dua tokoh imam besar Paus Fransiskus dan Imam Besar dengan penandatanganan dokumen untuk menghadirkan kehidupan surgawi yang universal,” katanya.
Pertemuan hari itu diharapkan makin meningkatkan persahabatan sejati antara umat beragama di Indonesia dalam mengatasi masalah kemanusiaan. “Sebagai gerakan konkret mari kita pilih salah satu tema kemanusiaan yang menjadi contoh kerja sama meningkatkan martabat Indonesia, menyelamatkan bangsa Indonesia dan semoga bangsa Indonesia ini menjadi contoh persaudaraan kemanusiaan bagi seluruh dunia,” harapnya.
Menurutnya, Indonesia sudah memilki dasar yaitu Pancasila. “Tinggal kita jalankan dalam hidup sehari-hari. Maka, bagi kita yang mempunyai hati lebih, mari kita dukung dan doakan gerakan-gerakan persaudaraan dan kemanusiaan ini. Bagi mereka yang mempunyai budi lebih, mari kita pikirkan cara-cara kreatif untuk memperluas gerakan-gerakan kemanusiaan. Bagi mereka yang mempunyai materi yang lebih mari kita sponsori gerakan-gerakan kemanusiaan dan persaudaraan antaragama dan kepercayaan ini,” katanya.
Mgr Anton pun mengatakan, pandemi Covid 19 menyadarkan kita akan kebersamaan sebagai manusia seperti ditulis oleh Paus Fransiskus dalam ensiklik Fratelli Tutti 32, “Tragedi global seperti pandemi Covid-19 sebenarnya untuk sementara waktu telah membangkitkan kesadaran bahwa kita adalah suatu komunitas global yang berlayar di perahu yang sama, di mana kemalangan seseorang membawa kerugian bagi semua.”
“Kita diingatkan bahwa tidak ada yang diselamatkan sendiri. Bahwa kita hanya dapat diselamakan secara bersama-sama. Kita yang hadir di sini bersama-sama punya komitmen bersama. Mari menyelamatkan bangsa Indoensia! Mari menyelamatkan dunia ini melalui persaudaraan kemanusiaan,” pungkasnya.