HARI MINGGU BIASA IV
29 Januari 2023
Bacaan I : Zef 2:3; 3: 12-13
Bacaan II : 1Kor 1: 26-31
Injil : Mat 5: 1-12a
Para miskin dan bersemangat miskin
Melihat panorama bagaimana orang menghayati iman kepada Tuhan, ada dalam Gereja Katolik. Atau bahkan ada dalam setiap komunitas agama. Berkaitan dengan Firman Tuhan dari bacaan liturgi hari ini, saya mengenangkan dengan penuh kekaguman bagitu banyaknya orang yang miskin sederhana, tidak memiliki apa-apa namun tidak menampakkan gelisah. Bahkan ketika tidak tahu apakah esok mereka bisa makan atau tidak. Orang-orang itu mungkin diri kita sendiri, atau mereka yang adalah tetangga kanan-kiri kita, teman kita, atau siapapun yang mudah kita temui. Ada pula keluarga-keluarga yang berkelimpahan dengan kekayaan, namun mereka ini menghayati itu semua sebagai titipan Allah yang mesti dibagikan. Mereka tidak ‘meng-hak-i’ kepemilikan, sebaliknya terus-menerus berbagi kepada mereka yang sangat membutuhkan. Mereka ini juga tidak khawatir dan tidak berpikir untuk menikmati berlimpahnya kekayaan hanya untuk keluarga dan kerabatnya. Mereka itu pun ada di sekitar kita, atau bahkan kita sendiri. Puji Tuhan! Amin!
Sejak zaman para nabi, orang-orang seperti itu ada. Dan dalam penglihatan Nabi Zefanya terdapatlah sekelompok orang yang disebutnya sisa Israel, yang sungguh hanya bisa mengandalkan hidup pada Tuhan. “Di antara kamu akan Kubiarkan hidup suatu umat yang rendah hati dan lemah, dan mereka akan mencari perlindungan pada nama Yahwe, yakni sisa Israel itu. Mereka tidak akan melakukan kelaliman atau berbicara bohong; dalam mulut mereka tidak akan terdapat lidah penipu; ya mereka akan seperti domba yang makan rumput dan berbaring dengan tidak ada yang mengganggunya’ (Zef 3: 12-13). Rupa-rupanya sepanjang sejarah Israel, selalu ada sekelompok kecil orang yang terus-menerus merindukan kedatangan Sang Mesias. Mereka ini adalah orang-orang yang miskin dan bersahaja secara material. Maka sering disebut sebagai Orang Miskin YHWH, The poor of Yahweh, yang dalam bahasa Ibrani disebut golongan Anawim. Memang orang-orang ini sangat miskin dalam soal material. Namun Tuhan suka pada kelompok ini karena sikap hidupnya yang berserah kepada Allah.
Pada zaman Yesus, kelompok itu masih eksis. “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.” Inilah kalimat pertama pada ‘Delapan Sabda Bahagia’ yang diserukan Yesus kepada para murid dan khalayak yang mengerumuni-Nya. ‘Miskin di hadapan Allah’ tidak selalu mengandaikan ‘miskin materi’. Karena tidak memiliki apa-apa, tidak bisa mengandalkan sesuatu, kemudian orang hanya mengandalkan kuasa ilahi, ini terpuji. Namun juga, meskipun memiliki aneka hal, namun hidupnya tidak mengabdi pada harga dan kemilikan, melainkan tetap berserah pada Allah, inilah yang juga dimaksud dengan ‘miskin di hadapan Allah’. Mungkin sosok seperti Zakaria, Elisabet, Hana, Simeon, Yusuf, dan Maria adalah kelompok yang menghidupi semangat ini. Maka entah kita termasuk golongan sosial yang mana, mari terus menghayati semangat berserah total kepada Allah.
Romo F.X. Agus Suryana Gunadi, Pr