Pesta Kanak-kanak Suci, Martir. Pesta ini disebut di Kalender Gereja Timur dan Gereja Roma, untuk menghormati kanak-kanak yang dibunuh demi Kristus karena kekejaman Herodes.
Quodvuldetus, Uskup Kartago, dalam suatu homilinya, mengingatkan kita akan makna pesta ini. Betapa mengagumkan anugerah rahmat. Apa yang didapat kanak-kanak ini untuk menang dengan cara demikian?
Mereka belum mampu berbicara, namun telah menyatakan Kristus. Mereka belum mampu menghadapi pergolakan, karena belum mampu menggerakkan tubuh namun sudah menanggung kemartiran.
Yohanes dalam suratnya (Yoh 1:5-2:2) menyapa umatnya: “Saudara-saudara, inilah berita, yang telah kami dengar dari Dia, dan yang kami sampaikan kepada kamu: Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan. Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran.
Jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari segala dosa.
Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Jika kita mengakui dosa kita, Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Jika kita berkata, bahwa kita tidak berbuat dosa, kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita.
Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil.
Dialah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.
Matius dalam injilnya (Mat 2:13-18) mewartakan: “Setelah para majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: “Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia.”
Maka Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir, dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: “Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku.”
Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh para majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari para majus itu.
Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia: “Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel menangisi anak-anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi.”
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, ditegaskan oleh Yohanes: “Jika kita mengakui dosa kita, Allah adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan”.
Atas dasar kesetiaan, kebaikan dan keadilan Allah itu, kanak-kanak yang dibunuh oleh Herodes tentu mendapatkan pengampunan, bila mereka dipandang telah berbuat dosa.
Demikian pula, mereka yang belum tahu apa pun dan dibunuh karena ambisi, kekuasaan, harta, dan lainnya, dengan keyakinan kita akan kesetiaan dan kemurahan Allah, mereka pun akan memperoleh kebahagiaan surgawi.
Dua, diwartakan Matius:” Ketika Herodes tahu, bahwa telah diperdayakan oleh para majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem yang berumur 2 tahun ke bawah”.
Kemarahan dan takut tersaingi karena ada raja baru yang lebih berkuasa daripada dirinya, membuat Herodes nekat untuk mengambil tindakan sewenang-wenang. Hendaknya kita tahu mengontrol diri, dan berusaha untuk tetap tenang meski dalam keadaan marah atau berbeban berat. Amin.
Mgr. Nico Adi, MSC