MINGGU BIASA XXXIII
13 November 2022
Bacaan I : Mal 4: 1-2a
Bacaan II : 2 Tes 3: 7-12
Bacaan Injil : Luk 21: 5-19
Jika kamu bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu
Nabi Maleakhi berkarya ketika umat Israel baru pulang dari pembuangan. Kisah dan refleksinya adalah demikian. Umat Israel telah/pernah mengadakan perjanjian dengan Tuhan Yahwe pada zaman dulu kala. Yaitu bahwa Tuhan akan menjadikan Israel umat kesayangan-Nya dengan satu syarat: Setia pada Allah sesuai perjanjian. Apa yang kemudian terjadi? Berulangkali umat Israel melanggar perjanjian tersebut. Mereka melanggar perjanjian, hidup sekehendak sendiri, mengadakan penyembahan berhala, menduakan Tuhan dan sebagainya. Setiap kali melanggar, dengan kesabarannya Tuhan memaafkan dan mengampuni. Tuhan mengutus hakim, nabi, raja untuk mengingatkan. Namun terus berulang pelanggaran itu. Jika pelanggaran makin berat, Tuhan memberikan ‘hukuman’ yang berat, yaitu mendatangkan bangsa asing untuk menaklukkan mereka. Dan sebagaimana terjadi, bangsa yang kalah perang akan diangkut ke tempat pembuangan, dipindahkan ke negeri lain yang asing sehingga lengkaplah penderitaannya. Itu bisa berlangsung beberapa keturunan. Mereka rindu tanah air, namun tidak mungkin mewujudkannya sampai Tuhan sendiri bertindak memulangkan. Ketika mereka dipulangkan, mereka sendiri terasing di tanah nenek moyang, negeri sendiri.
Ketika mereka tiba di negeri sendiri, mereka mengalami krisis multidimensional. Mereka tidak memiliki apa-apa untuk dimakan, mereka mengalami relasi dalam keterasingan serasa sedang berada di negeri antah-berantah. Mereka tidak mempunyai tempat untuk beribadah. Di sisi lain, ada banyak tawaran ‘penyembahan berhala’. Nabi Maleakhi menubuatkan tentang nasib mereka yang fasik dan mereka yang berpegang pada kebenaran iman. “Sungguh, hari Tuhan akan datang menyala seperti perapian! Maka semua orang yang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik akan menjadi seperti jerami, dan akan terbakar oleh hari yang datang itu… akar dan cabang mereka pun tidak akan ditinggalkan. Tetapi kamu yang takut akan nama-Ku, bagimu akan terbit surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya” (Mal 4: 1-2a).
Di negeri sendiri mereka mengalami kesulitan besar. Ada godaan untuk tidak lagi mengandalkan Allah dan mencari berhala untuk diandalkan, sebagaiman negeri-negeri tetangga menawarkannya. Dalam situasi demikian Nabi Maleakhi mengajak setiap pribadi untuk bersabar menanggung derita, tegar menghadapi godaan dan tantangan, dan kalau kita lolos dengan mengandalkan Tuhan, damai sejahtera akan kita terima. Itu semua karena Allah mengerti persoalan setiap pribadi, dan Dia peduli. Injil meneguhkan apa yang diwartakan Nabi Maleakhi. Bahwa untuk setia dan memperoleh damai sejahtera dalam Tuhan, kita akan mengalami pergumulan yang sangat melelahkan dan bisa jadi menggoyahkan kepercayaan. Yesus mengingatkan kita untuk terus waspada. “Waspadalah, jangan sampai kamu disesatkan”. Dan selanjutnya: “Tetapi tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang. Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu”(Luk 21: 19)
Romo Agus Suryana Gunadi, Pr