
HARI MINGGU BIASA XXVIII
09 Oktober 2022
Bacaan I : 2Raj 5: 14-17
Bacaan II : 2 Tim 2: 8-13
Injil : Luk 17: 11-19
Syukur atas belaskasih Tuhan
Setiap tahun, pada tanggal yang istimewa yaitu tanggal 3 Agustus kelahiran saya dan tanggal 27 Agustus ulangtahun tahbisan imamat saya, saya selalu meluangkan waktu untuk berbincang lebih lama dengan Tuhan. Apa yang saya alami dengan kehadiran Tuhan dan panggilan imamat saya, itu selalu menjadi topik tahunan. Jawabannya selalu sama, Tuhan mencintai saya dan memilih saya untuk tugas pelayanan imamat. Dahsyat khan? Saya tidak habis pikir mengapa Tuhan mencintai saya. Tidak ada jawaban. Kecuali ya bahwa Tuhan memang mencintai saya sebab saya milik Tuhan. Dan mengapa Tuhan mengutus saya untuk tugas yang sangat besar dan mulia? Jawabnya ya hanya karena Tuhan mencintai saya sehingga Dia memercayakan tugas yang besar kepada saya. Luar biasa. Dan ketika saya bertanya tentang diri saya di hadapan Dia, jawabannya: manusia penuh dosa. Kontras dan paradoksal kan? Aku berdosa tetapi Tuhan berkenan memilih aku. Jika dipaksakan untuk dirumuskan dalam satu kata, adalah ‘belaskasih’ . Tuhan nyata berbelaskasih kepada saya.
Belaskasih Allah. Itulah pengalaman Naaman orang Syria yang disembuhkan oleh belaskasih Allah melalui Nabi Elisa orang Israel itu. Naaman, yang terpandang di Syria telah berobat ke mana-mana dan tidak mengalami kesembuhan. Kemudian dianjurkan untuk menemui Nabi Elisa yang hidup di negeri lain. Walau tadinya ragu-ragu, akhirnya dia pergi. Dan betapa sakit hatinya karena bahkan Elisa tidak menemuinya dan hanya menyuruh dia mandi di sungai. Dan ketika dia mengalahkan ego dan berserah kepada Tuhan dengan percaya, sembuhlah. Dia menjadi tahu dan percaya bahwa ada Allah di Israel yang punya kuasa dahsyat, dan yang berbelaskasih kepadanya. “Sekarang aku tahu bahwa di seluruh bumi tidak ada Allah keuali di Israel. Karena itu terimalah kiranya suatu pemberian dari hambamu ini” (2Raj 5: 15). Dan kemudian dia bersyukur kepada Tuhan serta memberi persembahan.
Kisah sepuluh orang kusta yang disembuhkan oleh Yesus sangatlah menarik. Perhatikanlah. Sepuluh orang kusta datang kepada Yesus. Mereka percaya pada ‘kesaktian’ Yesus. Maka mereka meminta supaya disembuhkan. Yesus segera memerintahkan mereka untuk menghadap imam, melaporkan tentang kesembuhannya. Mereka segera pergi kepada imam. Padahal ketika itu belum sembuh. Tetapi mereka percaya. Sementara dalam perjalanan barulah mereka sembuh! Dan hanya satu yang kembali datang bersujud kepada Yesus untuk berterimakasih. Itupun seorang Samaria. Allah telah mencintai kita, kita telah dianugerahi belaskasihnya, setiap saat, setiap waktu, setiap hari, sepanjang hidup kita. Apa bentuk syukur kita yang nyata kepada-Nya?
Romo Agus Suryana Gunadi, Pr