Renungan Harian 4 Okrober 2022

Hari ini kita msmperingati satu orang kudus: St. Fransiskus Asisi. Dia lahir di Asisi sebagai anak dari pedagang yang kaya. Ketika di kota, masa mudanya dipenuhi dengan hidup berfoya-foya.

Pada suatu hari, ketika bermenung di kapel San Damiano di luar kota Asisi, dia dipanggil Tuhan untuk memperbaiki rumah Tuhan yang hampir roboh.

Berawal dari panggilan itu dia melepaskan hartanya dan memanggil teman-temannya untuk bertobat dan berdamai satu sama lain. Dia berpakaian para gembala domba.

Dalam waktu singkat banyak orang mengikuti cara hidup Fransiskus yang menamakan dirinya sebagai Saudara-saudara Dina. Semangat ini pula yang mendasari terbentuknya Kongregasi para Suster Fransiskan, dan Ordo Ketiga bagi kaum awam. Beliau wafat tanggal 3 Oktober 1226, pada usia 44 tahun.

Dalam Gal 6: 14-18, Paulus menyapa umatnya: “Saudara-saudari, aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia. Bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya.

Dan semua orang, yang memberi dirinya dipimpin oleh patokan ini, turunlah kiranya damai sejahtera dan rahmat atas mereka dan atas Israel milik Allah.

Selanjutnya janganlah ada orang yang menyusahkan aku, karena pada tubuhku ada tanda-tanda milik Yesus. Kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus menyertai roh kamu, saudara-saudara! Amin.

Matius dalam injilnya (Mat 11: 25-30) mewartakan: “Pada waktu itu berkatalah Yesus: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu.

Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorang pun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.

Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.”

Hikmah yang dapat kita petik:

Satu, berawal dari panggilan untuk memperbaiki “rumah Tuhan”, Fransiskus memanggil teman-temannya untuk membaktikan diri kepada Kristus dengan melayani orang-orang kecil.

Panggilan untuk mengikuti Yesus sering kali melalui jalan/cara yang amat manusiawi dan bisa dirasakan, misalnya: “memperbaiki rumah Tuhan yang mau roboh”. Bagi yang lain, alasan untuk menjadi imam/biarawan-wati berawal dari “ingin pakai jubah” atau “makan roti seperti yang di pastoran”.

Semoga pada masa kini pun tetap banyak kaum muda yang mau menjawab “suara Allah yang tersembunyi di balik ketertarikan itu”.

Dua, Yesus bersabda: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu”.

Dia melihat dan mengalami bahwa ada banyak orang yang kelelahan memikul beban hidup. Mereka tidak punya siapa-siapa untuk dijadikan tempat curhat.

Di dalam Sakramen Mahakudus, Yesus hadir untuk menemani dan mendengarkan “isi hati semua orang”. Dia juga hadir dalam diri mereka yang telah menerima Sakramen itu. Semoga kita yang telah menerima-Nya siap untuk menjadi tempat curhat bagi saudara-saudari kita. Amin.

Mgr Nico Adi MSC

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *