Hari ini kita memperingati 1 orang kudus: Santo Hironimus, Imam dan Pujangga Gereja. Dia lahir di Dalmatia tahun 342 dari keluarga yang kaya raya dan saleh sebagai umat kristen.
Ketika sedang belajar filsafat di Roma, pengaruh kota amat kuat sehingga dia menjadi anak yang kacau hidupnya. Syukurlah kemudian dia bertobat, dan dipermandikan oleh Paus Liberius. Tahun 379 dia ditahbiskan menjadi imam di Antiokia.
Setelah selesai studi Kitab Suci dan bahasa Yunani, Latin dan Ibrani, dia diangkat menjadi sekretaris pribadi Paus Damasus. Ia diminta untuk menterjemahkan seluruh Kitab Suci ke dalam bahasa Latin. Hasil terjemahan itu disebut Vulgata. Hironimus wafat tahun 420.
Dalam 2 Tim 3: 14 -17 Paulus menyapa Timoteus: “Saudaraku, hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu. Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.
Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik. (2Tim 3:14-17)
Matius dalam injilnya (Mat 13: 47 -52) mewartakan sekali peristiwa, Yesus berbicara kepada orang banyak: “Kerajaan Sorga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan. Setelah penuh, pukat itu pun diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak baik mereka buang.
Demikianlah juga pada akhir zaman: Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar, lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.
Mengertikah kamu semuanya itu?” Mereka menjawab: “Ya, kami mengerti.” Maka, berkatalah Yesus: “Karena itu setiap ahli Taurat yang menerima pelajaran dari hal Kerajaan Sorga itu seumpama tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaannya.”
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, setelah selesai studi Kitab Suci dan fasih berbahasa Ibrani, Yunani dan Latin, dia diangkat menjadi sekretaris pribadi Paus Damasus.
Umumnya motivasi orang menjadi imam adalah kerinduan untuk melayani sakramen-sakramen bagi umat Allah, bukan untuk mempelajari bahasa-bahasa asing dan Kitab Suci. Hironimus menerima tugas untuk belajar dan kemudian menerjemahkan seluruh alkitab dari bahasa Ibrani ke Latin.
Hendaknya kita mendoakan para imam yang berkorban untuk tidak melayani umat di paroki-paroki, tetapi di kantor KWI, di komisi-komisi Keuskupan, di tarekat dan di tempat-tempat pembinaan.
Di tempat-tempat itu kurang variasinya, rekan kerjanya orang yang itu-itu saja, juga lebih banyak waktunya dipakai untuk berpikir tentang Gereja Indonesia, keuskupan, lembaga, dan sibuk dengan kertas kerja. Sedangkan di paroki ada OMK, Legio, paguyuban dan dirasa lebih menarik dan tidak monoton. Semoga mereka bertahan dalam kesulitan yang mereka hadapi.
Dua, dalam pengajaran-Nya, Yesus bersabda: “Setelah penuh, pukat itu pun diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak baik mereka buang”.
Melalui perumpamaan itu bisa dikatakan bahwa ikan-ikan yang baik hidup bersama dengan ikan-ikan yang jelek, sampai musim menjala dimulai. Hendaknya kita sadar bahwa kita hidup bersama orang lain yang tidak seiman.
Semoga pengalaman mereka, meneguhkan iman, dan mempunyai kemantapan hati untuk ikut Yesus dan solider kepada sesama. Apa yang terjadi di sekitar kita, justru menjadi alat bantu untuk memurnikan iman dan makin dewasa. Amin.
Mgr Nico Adi MSC