
Dengan gembira 104 siswa-siswi kelas 5 SD Kanisius Kurmosari menghampiri kali kecil di depan sekolah mereka, 1 Agustus 2022. Dengan didampingi para guru dan pihak Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang mereka meneliti air yang ada di kali tersebut. Sampel air pun diambil di beberapa titik untuk diteliti.
Siswa-siswi pun diajak untuk mengamati kondisi air tersebut baik secara fisik maupun dengan melihat kandungan di dalamnya seperti kadar keasaman air dengan PH Meter.
Kepala Sekolah SD Kanisius Kurmosari, Katharina Ika Wardhani menyampaikan, kegiatan tersebut merupakan pembelajaran berbasis proyek (project based learning). Kegiatan ini lahir setelah beberapa saat sebelumnya, Paroki Santa Teresia Bongsari menggelar pelatihan membuat Eco Enzyme di tempat tersebut bersama umat.
“Terima kasih kepada Gereja Bongsari yang telah membuka kami ide pembuatan Eco Enzyme. Dan ternyata setelah kami lihat-lihat dan kami kait-kaitkan dengan pembelajaran, itu nyambung untuk pembelajaran kelas 5. Maka, langsung kami buat rentetan kegiatan yang berjalan sampai Desember,” kata Ika.

Menurut Ika, kegiatan dimulai sejak Juli dengan membuat Eco Enzyme. Agustus, siswa-siswi melakukan pengamatan atau pemeriksaan air di kali depan sekolah. September, siswa-siswi melakukan eksperimen, membandingkan perbedaan air yang diberi Eco Enzyme dengan air tanpa Eco Enzyme.
Pihaknya juga berencana akan melangkah ke pemerintah setempat, menyampaikan aspirasi, bahwa air perlu dijaga sebaik-baiknya salah satunya dengan mencegah masyarakat membuang sampah atau limbah di kali.
Oktober, lanjut Ika, siswa-siswi akan menuangkan Eco Enzyme dan melakukan pengamatan serta penelitian. Pada bulan Desember, siswa-siswi membuat karya tulis terkait kegiatan tersebut.
Menurut Ika, pembelajaran berbasis proyek membutuhkan waktu, tenaga, dan sumber daya untuk mengawal jalannya pembelajaran tersebut.

Meski demikian, Ika sangat gembira, karena siswa-siswi menanggapi dengan antusias. Menurutnya, mereka mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, misalnya keinginan bisa membaca suhu dan kadar keasaman air.
Untuk melakukan kegiatan pembelajaran tersebut, lanjut Ika, pihak sekolah meminta kerja sama orang tua. “Orang tua dikasih pemahaman dulu bahwa kita akan melakukan project ini. Dan project ini akan masuk ke dalam jam pelajaran. Tetapi, tidak lepas dari target belajar anak atau materi,” katanya.
Menurut Ika, selain mengajak untuk cinta lingkungan hidup,kegiatan tersebut juga mengajak anak-anak belajar secara multidisiplin. “Yang disasar adalah kepedulian anak dan melatih anak untuk terus bereksplorasi dan melakukan penelitian serta berpikir kritis. Yang disasar juga banyak sekali, matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia, banyak,” katanya.