Renungan Harian 7 Agustus 2022

HARI MINGGU BIASA XIX

7  Agustus 2022

Bacaan I               : Keb 18: 6-9

Bacaan II              : Ibr 11: 1-2. 8-19

Bacaan Injil         : Luk 12: 32-48

Allah menganugerahkan rancangan terbaik untuk hidup kita

Jika saya merenungkan perjalanan hidup saya, saya sendiri terheran-heran. Kok saya jadi romo sih? Padahal tidak ada satu pun dari keturunan ibu maupun bapak yang jadi biarawan-biarawati. Bahkan lahir dari keluarga yang Katolik yang tidak setiap Minggu ke gereja. Lanjut lagi, kok saya diberi perutusan ini dan itu, sesuatu yang tidak pernah saya duga sebelumnya. Menjadi romo paroki, memimpin kelompok kategorial, melayani di KWI Jakarta, berkarya di daerah yang berbeda-beda, jenis pelayanan yang berbeda-beda, kultur yang berbeda-beda. Pergulatan jatuh bangun mewarnai perjalanan panggilan. Sangatlah berwarna. Di balik semua itu, saya melihat dengan jelas siapa saya sesungguhnya: hamba yang dipilih dengan kerapuhan, dan siapa Tuhan sesungguhnya: memanggil penuh cinta dalam rencana terbaik-Nya.

Dalam setiap langkah sesungguhnya saya tidak pernah mantap dan bulat. Selalu saja disertai keraguan, was-was, dan khawatir. Bahkan sering kali diwarnai dengan pertanyaan-pertanyaan tentang masa depan: mungkinkah aku melakukannya. Mungkin setiap orang mengalami pergulatan seperti yang saya rasakan ketika mengambil keputusan-keputusan besar dalam hidup: menikah, merancang jumlah anak, pekerjaan yang terbaik, dan sebagainya. Tidak ‘bunder seser’. Jika kita toh melangkah, kita tahu bahwa kita tidak sendirian. Ada Tuhan yang memanggil, Dia yang siap akan menuntun pada kehidupan yang bermakna untuk karya keselamatan-Nya.

Mari sekarang kita pandang bapa iman kita, Abraham.  Abraham dipilih dan dipanggil Tuhan. Dia menyanggupkan diri walau tidak tahu apa yang akan terjadi. Ketika dia memutuskan untuk mengikuti panggilan itu, masa depannya tidak seketika terang. Apa yang menjadi bekal Abraham adalah keyakinan bahwa Tuhan mempunyai rencana baginya, dan dia memercayakan masa depannya pada Tuhan. “Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui” (Ibr 11: 8 ). Abraham mengandalkan Allah dalam keputusan-keputusannya. Demikianlah pula Sarah istrinya. “Karena iman itu juga Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia” (Ibr 11: 11). Itulah Abraham, dan itulah Sarah. Semua terjadi karena iman.

Mari, tetaplah memercayakan hidup kita pada Allah yang memanggil, menuntun, dan menyiapkan hidup yang terbaik.

Romo Agus Suryana Gunadi, Pr

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *