Gerakan Kolekte Sampah Diharapkan Punya Efek bagi Indonesia

Uskup Keuskupan Bogor Mgr Paskalis Bruno Syukur, OFM menyambut positif Gerakan Kolekte Sampah di keuskupan yang digembalakannya. “Bagi saya, hal ini memang sejalan dengan apa yang menjadi perhatian dari Gereja kita, khususnya Gereja Keuskupan Bogor yang berusaha juga untuk mengikuti seruan Paus agar kita melakukan kegiatan yang mempunyai hubungan langsung terhadap lingkungan hidup,” katanya dalam Webinar “Mewujudkan Pertobatan Ekologis Melalui Gerakan Kolekte Sampah”, 18 Februari 2022 lalu.

Menurutnya, Gerakan Kolekte Sampah tersebut harus mempunyai dua hal penting yaitu, pertobatan ekologis dan dimensi inkarnatif. Menurutnya, pertobatan ekologis berkaitan dengan roh suatu gerakan. “Dalam hal ini kan gerakan ekologis, gerakan memperhatikan lingkungan hidup, membuat lingkungan hidup itu menjadi sesuatu yang memang memenuhi persyaratan untuk kehidupan yang lebih baik, baik bagi alam itu sendiri maupun juga bagi kehidupan manusia. Spirit-rohnya adalah bahwa orang yang melakukan pertobatan ekologis memiliki spirit ini, bahwa gerakan untuk melakukan sesuatu yang punya efek positif bagi lingkungan hidup mesti dijiwai oleh suatu motivasi, oleh suatu dorongan dari dalam diri manusia yang menjadi subyek dari gerakan itu,” katanya.

Menurut Mgr Paskalis,  spirit dari gerakan kolekte sampah adalah untuk melakukan pembaharuan hidup. “Pertobatan ekologis berarti kita kembali mengikuti apa yang sebenarnya dikehendaki oleh Allah untuk kita lakukan sebagai manusia yang hidup dalam dunia ini. Dunia ini dipercayakan oleh Allah kepada kita untuk dirawat, untuk dilindungi supaya selalu baik adanya seperti dikisahkan dalam Kitab Kejadian. Maka, spirit dari gerakan ini, roh dari gerakan ini adalah bahwa manusia mau membaharui hidupnya, membaharui relasinya, relasinya dengan Allah, relasinya dengan sesama, dan relasinya dengan alam semesta ini,” ujarnya.

Ia pun melanjutkan, relasi dengan Allah, dengan sesama dan dengan alam semesta ini ditandai dengan relasi yang menghargai, relasi yang melindungi, dan relasi yang merawat. “Dalam konteks ini bahwa kita manusia tidak menjadi manusia yang serakah, manusia yang menghancurkan alam semesta ini, tetapi menjaga,  melindungi dan melakukan pemeliharaan yang perlu untuk melanggengkan keberadaan alam semesta ini,” tegasnya.

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *