‘Laudato Si’ dan  Aksi Penyelamatan Bumi

Bapa Suci menegaskan bahwa Gereja tidak berpretensi memutuskan soal-soal ilmiah atau mengambil alih politik, tetapi mendorong perdebatan yang jujur dan transparan, agar kepentingan tertentu atau ideologi tidak merugikan kesejahteraan umum (hal. 115, no. 189).

Hal ini ditegaskan karena politik dan ekonomi harus dikemas dalam dialog demi pemenuhan manusia, dalam kerangka pengabdiannya kepada kehidupan, khususnya kehidupan manusia. Dalam kaitannya dengan perlindungan atas lingkungan hidup pun keberhasilan tidak dapat dijamin semata-mata berdasarkan perhitungan finansial menyangkut biaya dan laba, karena termasuk harta benda yang tidak dapat dilindungi atau dikembangkan secara memadai oleh kekuatan-kekuatan pasar (hlm. 116, no. 190).

“Supaya muncul model-model kemajuan yang baru, kita perlu ‘mengubah model pembangunan global,’ yang akan memerlukan sebuah refleksi bertanggungjawab atas ‘makna ekonomi dan tujuannya, untuk memperbaiki kesalahan dalam fungsi dan aplikasinya’. Tidak cukup untuk mendamaikan, sebagai jalan tengah, perlindungan alam dengan keuntungan finansial, atau pelestarian lingkungan dengan kemajuan. …yang penting adalah hal mendefinisikan ulang pengertian kita tentang kemajuan. Perkembangan tekhnologi dan ekonomi yang tidak meninggalkan dunia yang lebih baik dan kualitas hidup yang lebih baik secara keseluruhan, tidak dapat dianggap sebagai kemajuan” (hlm. 118-119, no. 194).

Dalam kaitannya dengan politik dibutuhkan  “..yang berpandangan luas dan yang bisa mengajukan pendekatan komprehensif, mampu mengintegrasikan berbagai aspek krisis ke dalam suatu dialog interdisipliner.  ….mampu mendobrak cara berfikir yang sesat, dan tidak terjebak dalam wacana-wacana yang tidak konsisten….berani memikirkan ulang seluruh proses, supaya tidak terjatuh ke dalam pertimbangan-pertimbangan ekologis yang dangkal sementara itu tidak mempertanyakan cara berfikir yang mendasari budaya saat ini (hlm. 121, no. 198).

Politik dan ekonomi harus bekerjasama, kalau mau menyelamatkan dunia!

Pada poin terakhir dari bagian ini perlulah pula dikemukakan makna dialog antara agama dengan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan (dan teknologi) punya andil bagi terwujudnya kemajuan di segala bidang kehidupan. Namun, hal itu tidak serta merta bisa menjawab segala persoalan kemanusiaan dan lingkungan hidup. Perlulah adanya suatu dialog baik antar pelbagai ilmu dan pelbagai ilmu itu dengan agama, karena “seluruh solusi teknis apapun yang diklaim oleh sains, tidak akan mampu memecahkan masalah-masalah serius dunia jika umat manusia kehilangan kompasnya, jika kita melupakan motivasi utama yang memungkinkan kita untuk hidup bersama, berkorban, berbuat baik” (hlm. 122-123, no. 200).  Beberapa elemen dari krisis ekologis dewasa ini mengungkapkan dengan jelas karakter iman dan moral. Pada tempat pertama harus disebutkan penerapan begitu saja kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, secara khusus dalam kaitannya dengan eksploitasi atas sumber-sumber daya alam. Tergerusnya iman otentik dan rasa hormat terhadap kehidupan bisa sungguh-sungguh memperlebar jalan kepada eksploitasi secara tidak bertanggungjawab terhadap sumber daya alam.

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *