‘Laudato Si’ dan  Aksi Penyelamatan Bumi

Karena persoalan krisis lingkungan hidup ini sungguh kompleks, ruwet, menyangkut pelbagai dimensi kehidupan, Bapa Suci mempertimbangkan perlunya memajukan suatu ekologi integral, yang meliputi lingkungan hidup, ekonomi, sosial-budaya, kehidupan sehari-hari, perhatian terhadap kesejahteraan umum dan keadilan antar generasi.

Yang pertama, ekologi perlu mempelajari hubungan antara organisme-organisme hidup dan lingkungan di mana mereka berkembang, yang menuntut refleksi dan diskusi jujur mengenai syarat-syarat untuk hidup dan kelangsungan hidup masyarakat, dan kejujuran untuk mempertanyakan pelbagai model pembangunan, produksi dan konsumsi (hlm 87, n0. 137-138).

Selanjutnya, dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi yang cenderung menghasilkan otomatisasi dan homogenisasi, demi penyederhanaan prosedur dan mengurangi biaya, perlu dipertimbangkan realitas secara lebih luas, karena “perlindungan lingkungan harus menjadi bagian integral dari proses pengembangan dan tidak dapat dipandang  terpisah daripadanya” (hlm 89, no. 141). Itu berarti upaya-upaya untuk menumbuhkan ekonomi harus disertai kesiapan mengkaji konteks sosial: manusia, keluarga, pekerjaan, perkotaan, dan hubungan setiap orang dengan dirinya sendiri yang menghasilkan cara tertentu untuk berhubungan dengan orang lain dan dengan lingkungannya (hlm. 90, no. 141). Karena itu, ekologi sosial tidak dapat tidak merupakan institusional dan secara bertahap meluas ke pelbagai dimensi masyarakat, mulai dari kelompok sosial dasar, keluarga, melalui komunitas lokal dan bangsa, sampai ke masyarakat internasional (hlm. 90, no 142).

Dalam upaya melestarikan lingkungan hidup, perlulah juga memerhatikan kekayaan seni dan budaya, karena tidak jarang dengan rusaknya lingkungan hidup seni dan budaya ikut tergerus. Maka, ekologi juga berarti melestarikan kekayaan seni-budaya umat manusia. ”Secara khusus, kita dituntut untuk memberi perhatian kepada budaya lokal, ketika mempelajari isu-isu yang berkaitan dengan lingkungan hidup, sambil mendukung dialog antara bahasa ilmiah teknis dan bahasa rakyat..” Budaya di sini adalah “…yang hidup, dinamis, dan partisipatif, yang tidak dapat dikesampingkan ketika kita memikirkan kembali hubungan manusia dengan lingkungan hidup” (hlm. 91, no. 143).

Ekologi hidup sehari-hari menunjuk kepada perbaikan menyeluruh kualitas hidup manusia, yang melibatkan kajian tentang tempat di mana orang hidup, karena memengaruhi cara orang memandang hidup, merasa dan bertindak. Hal ini menyiratkan juga hubungan antara hidup manusia dan hukum moral yang tertulis dalam kodrat manusia itu. Hubungan ini diperlukan agar dapat menciptakan lingkungan yang lebih bermartabat. Menerima tubuh sebagai karunia Allah, dan menghargai tubuh sebagai laki-laki atau perempuan sangat penting bagi ekologi manusia sejati dan dalam kerangka mengenal diri dalam perjumpaan dengan orang yang berbeda (hlm 97, no. 155).

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *