Hari ini kita memperingati 1 orang kudus, St Fransiskus de Sales.
Dia lahir di Savoya tahun 1567. Dia seorang yang cerdas dan berpendidikan tinggi, dan membaktikan dirinya untuk kepentingan Gereja. Setelah menjalani masa pembinaan, dia ditahbiskan sebagai imam. Dengan menggunakan pamflet-pamflet di seluruh dinding kota dan banyak menulis, dia menyebarkan iman meski banyak menghadapi tantangan.
Dalam waktu singkat, 25 ribu orang bertobat. Tahun 1597 dia ditahbiskan sebagai uskup, kemudian mendirikan tarekat para Suster Visitasi. Dia meninggal tahun 1662 di Lyon Perancis dan digelari Pujangga Gereja. Dia adalah perintis pewartaan iman dengan menggunakan media cetak.
Paulus dalam Ef 3: 8-12 menyapa umatnya: “Saudara-saudara, kepadaku, yang paling hina di antara segala orang kudus, telah dianugerahkan kasih karunia ini, untuk memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak terduga itu.
Ia juga mengutus aku untuk menyatakan apa isinya tugas penyelenggaraan rahasia yang telah berabad-abad tersembunyi dalam Allah, yang menciptakan segala sesuatu, supaya sekarang oleh jemaat diberitahukan pelbagai ragam hikmat Allah kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di sorga, sesuai dengan maksud abadi, yang telah dilaksanakan-Nya dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya.
Yohanes dalam injilnya (Yoh 15: 9-17) mewartakan Sabda Yesus kepada para murid-Nya: “Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasihKu itu.
Jikalau kamu menuruti perintahKu, kamu akan tinggal di dalam kasihKu, seperti Aku menuruti perintah BapaKu dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacitaKu ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh.
Inilah perintahKu, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.
Kamu adalah sahabatKu, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari BapaKu.
Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam namaKu, diberikan-Nya kepadamu. Inilah perintahKu kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain.”
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, Yohanes menggunakan pamflet-pamflet dan menempelkannya di seluruh dinding kota, dan menulis ajaran iman di koran untuk memberitakan kabar gembira.
Dia jeli dalam melihat peluang dan kreatif dalam menggunakan media sosial sebagai media pewartaan. Hendaknya kita juga jeli dalam memilih media, terlebih dalam memilih pelaksananya (manajernya) agar didapatkan orang yang baik dan benar, yang jujur dan setia, yang mau kerja keras dan tulus (=tidak hitung untung-rugi).
Dua, Paulus menegaskan: “Di dalam Yesus, kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah”.
Patutlah kita berterima kasih kepada orangtua, para guru, katekis, para sahabat yang telah mengantar kita sehingga menjadi pribadi seperti saat ini.
Juga disampaikan terima kasih pada Paulus yang telah memberikan ajaran dan penegasan bahwa dalam Kristus kita memperoleh zaman masuk kepada Allah.
Tiga, Yesus bersabda: “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu”.
Orang itu dipilih berarti diakui kapasitas dan kualitasnya. Tetapi yang dibuat Yesus lebih besar lagi, yaitu Dia melibatkan orang itu dalam karya keselamatan Allah. Hendaknya kita menghargai “keterpilihan itu” dengan melakukan tindakan yang terpuji bagi sesama. Amin.
Mgr Nico Adi MSC