HARI MINGGU BIASA III
Minggu 23 Januari 2022
Bacaan I : Neh 8: 2-4a.5-6.8-10
Bacaan II : 1Kor 12: 12-30
Bacaan Injil : Luk 1:1-4.4: 14-21
Mengenal kehendak Tuhan melalui firman–Nya
Kita sering mendengarkan keterangan bahwa yang dicari dalam Misa itu bukan khotbah, melainkan liturgi Ekaristinya. Ada yang mengatakan bahwa Firman dan uraian dalam homili bukanlah hal utama dalam Ekaristi, melainkan komunio-nya. Dan bla bla bla… Maka dulu sebelum pandemi, kita ikut saja pada apa yang biasa dikatakan seperti tersebut di atas. Apalagi Gereja Katolik memang memilih pola penggembalaan teritoris. Artinya, seburuk apapun gembala berkotbah, dan selemah apapun paroki di kelola, terimalah sebab di sana kamu diutus. Namun kini, misa live streaming sudah menjadi hal biasa. Bahwa jemaat Wonogiri lebih memilih untuk misa Minggu di paroki lain, bahkan keuskupan lain, tidak ada yang bisa melarangnya. Dan ternyata ada beberapa misa paroki yang menjadi ‘jujugan’ umat untuk live streaming misa. Umumnya karena khotbah romonya bagus, mudah dicerna, aplikatif walau tetap biblis dan teologis. Melihat kenyataan seperti ini, dapat disimpulkan bahwa Firman dan uraiannya sangatlah dinantikan dan meneguhkan iman umat.
Kitab Suci adalah Firman Allah. Kitab Nabi Nehemia menceritakan tentang kerinduan dan respon umat dalam mendengarkan Firman Allah dan uraian pemimpin tentang arti dan makna Firman. Pewartaan tetap menduduki tempat utama, namun harus diterangkan dengan jelas supaya Firman itu hidup dan ditanggapi. “Ia membacakan beberapa bagian dari kitab itu di halaman di depan Gerbang Air dari pagi sampai tengah hari di depan pria, wanita, dan semua orang yang dapat mengerti. Dengan penuh perhatian seluruh umat mendengarkan pembacaan kitab Taurat itu… Bagian-bagian kitab Taurat Allah dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan sehingga pembacaan dimengerti. (Neh 8: 4-9)” Segenap umat beriman mendengarkan dengan khidmat, merasakan dalam hati bahkan terharu dan menangis. Suasana yang semestinya diharapkan: hati yang penuh kerinduan, dan niatan untuk meluangkan waktu mendengarkan Firman yang dibacakan, sebagai bekal kehidupan.
Injil mengisahkan ketika Yesus memasuki sinagoga dan kepadanya disodorkan kitab Nabi Yesaya untuk kemudian dibacakan. Seperti apakah suasana ketika itu? “Kemudian Yesus menutup kitab itu, mengembalikannya kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. (Luk 4: 20)”.Hati yang terbuka dan siap mendengarkan Firman akan mengalami pesona dan kekaguman akan Firman Allah. Itu semua mengajak kita di zaman ini untuk kembali mencintai Firman Allah sepenuh hati, mengambil waktu untuk merenungkannya dan meresapkan dengan sungguh-sungguh sampai Firman menjadi pelita kehidupan.
Romo Agus Suryana Gunadi, Pr