Renungan Harian 24 November 2021

Hari ini kita memeringati para martir dari Vietnam.  Paus Yohanes Paulus pada tanggal 18 Juni 1988 mengangkat 117 orang yang wafat sebagai martir di Vietnam. Mereka itu 8 orang uskup Spanyol dan Perancis, 50 imam (13 eropa dan 37 Vietnam) dan 59 awam dari semua usia. Mereka menyebarkan injil di kalangan masyarakat. Imam-imam martir asal Vietnam adalah Andreas Dung Lac dan Petrus Thi.  Mereka saling menyemangati dalam menghadapi kemartiran.

Dalam Kitab Kebj 3: 1-9 dikisahkan: “Jiwa orang benar ada di tangan Allah, dan siksaan tiada menimpa mereka. Menurut pandangan orang bodoh mereka mati nampaknya, dan pulang mereka dianggap malapetaka.  Kepergiannya dari kita dipandang sebagai kehancuran, namun mereka berada dalam ketenteraman. Kalaupun mereka disiksa menurut pandangan manusia, harapan mereka penuh kebakaan.

Setelah disiksa sebentar mereka menerima anugerah yang besar, sebab Allah hanya menguji mereka, lalu mendapati mereka layak bagi diri-Nya. Laksana emas dalam dapur api diperiksalah mereka oleh-Nya, lalu diterima bagaikan korban bakaran. Maka pada waktu pembalasan mereka akan bercahaya, dan laksana bunga api berlari-larian di ladang jerami.

Mereka akan mengadili para bangsa dan memerintah sekalian rakyat, dan Tuhan berkenan memerintah mereka selama-lamanya. Orang yang telah percaya pada Allah akan memahami kebenaran, dan yang setia dalam kasih akan tinggal pada-Nya. Sebab kasih setia dan belas kasihan pilihan-Nya.

Matius dalam injilnya (Mat 10: 28-33) mewartakan sabda Yesus kepada orang banyak: “Janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.

Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekor pun dari mereka tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. Dan kamu, rambut kepalamu pun terhitung semuanya. Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga daripada banyak burung pipit.

Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga.”

Hikmah yang dapat kita petik:

Satu, dikisahkan bahwa jiwa orang benar ada di tangan Allah, dan siksaan tiada menimpa mereka. Menurut pandangan orang bodoh mereka mati, ditimpa malapetaka, dan mengalami kehancuran, padahal mereka berada dalam ketenteraman.

Keyakinan dan iman yang demikian besar inilah yang dimiliki dan dihidupi oleh para martir. Jumlahnya 117 orang, dan yang terbanyak adalah kaum awam,  59 orang.  Maka, kaum awam hendaknya berbahagia dalam hidup, sebab lewat pengorbanan, pelayanan, kesetiaan,  kerja keras, teladan kejujuran, memikul beban hidup di keluarga dan masyarakat, mereka bisa menjadi orang kudus (santo/santa).

Dua, Allah memelihara manusia dan makhluk ciptaan-Nya dengan cara yang sungguh mengagumkan. Maka, penyangkalan kepada Allah sebetulnya merupakan “tindakan bunuh diri”. Dia merasa mampu mengurus dirinya sendiri, padahal di luar Allah, dia akan mengalami kekeringan dan kematian. Amin.

Mgr Nico Adi MSC

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *