Hari ini kita memperingati satu orang kudus: Santa Sisilia. Dia adalah seorang gadis Roma yang telah menjadi Kristen. Sejak kecil dia telah berikrar untuk hidup suci murni dan tidak menikah.
Orangtuanya mempertunangkan dia dengan Valerius, seorang yang jujur dan berhati mulia meski masih kafir. Sisilia amat bijaksana terhadap keinginan orangtuanya, sehingga mau menikah dengan Valerius.
Sebagai istri dia berterus terang kepada Valerius (suaminya) bahwa dia berniat hidup suci murni. Suaminya menghormati tekad itu setelah melihat seorang malaikat Allah yang selalu menjaga istrinya.
Kemudian Valerius pun menjadi kristen. Pada masa penganiayaan, ia dibunuh. Sisilia pun ditangkap dan dibunuh sebagai martir tahun 230. Pada abad ke-5, di Roma didirikan basilika untuk menghormatinya. Dalam devosi-devosi yang ada gereja mengangkat dia sebagai pelindung paduan suara dan musik gerejani.
Penulis Im 19: 1-2.17-18 mengisahkan: “TUHAN berfirman kepada Musa: “Berbicaralah kepada segenap jemaah Israel dan katakan kepada mereka: Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus. Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegor orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia.
Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN.
Matius dalam injilnya (Mat 7: 21-27) mewartakan dalam khotbah di bukit, Yesus berkata kepada orang banyak: “Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga.
Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mukjizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”
“Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.
Sedangkan, setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.”
Hikmah yang hendak kita petik:
Satu, dikisahkan bahwa sebagai istri Sisilia berani berterus terang kepada suaminya tentang tekadnya untuk hidup murni.
Buah dari keterusterangan adalah kedamaian, saling pengertian, saling penghargaan karena kedua belah pihak berani untuk saling berkorban. Dasar dari semuanya adalah kasih, yang dikuatkan oleh iman dan harapan.
Dua, Lukas mencatat sabda Yesus: “Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, mengusir setan dan mengadakan banyak mukjizat demi nama-Mu juga? Lalu, Dia menjawab: “Aku tidak mengenal engkau. Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu yang telah melakukan kejahatan.”
Tuhan menghendaki apa pun yang dilakukan apakah itu demi nama Allah, atau demi nama saudaranya atau demi namanya sendiri, semuanya selaras (= tidak ada perbedaan motivasi). Motivasinya adalah kasih dan tujuannya adalah kebahagiaan banyak orang. Motivasi yang lain: egoisme, cemburu irihati, mencari keuntungan diri, permusuhan/persaingan, akan merusak kebahagiaan. Amin.
Mgr Nico Adi MSC