Renungan Harian 7 November 2021

HARI MINGGU BIASA XXXII

07 November 2021

 

Bacaan I          : 1Raj 17: 10-16

Bacaan II        : Ibr 9: 24-28

Bacaan Injil     : Mrk 12: 38-44

 

Memberi itu berkatnya berlimpah

“Kasih ibu kepada beta, tak terkira sepanjang masa. Hanya memberi tak harap kembali, bagaikan surya menyinari dunia”. Itulah sebuah lagu kanak-kanak yang mengungkapkan nilai luhur yang sangat  mendalam. Setiap hari kita menerima sinar dan panas matahari. Sinar membuat dunia terang benderang tanpa kita harus membayar pulsa listrik ataupun membeli minyak untuk lampu. Panasnya bukan hanya membuat tubuh hangat, melainkan menjadi sumber energi yang bisa dikonversi menjadi listrik. Jumlahnya sangat berlimpah tak terbatas. Belum lagi kandungan daya bagi kesehatan yang tersembunyi di panas dan sinar matahari. Semua diberikan oleh Sang Pencipta secara gratis. Tanpa bayar sama sekali. Seorang ibu digambarkan seperti matahari bagi anak-anak. Ibu atau orang tua kita memberikan hidup mereka untuk kita, anak-anaknya. Dan mereka tidak pernah mengharapkan balasan kita. Luar biasa. Apakah kemudian mereka jatuh miskin dan nelangsa karena ‘hanya memberi tak harap kembali’? Nyatanya orang tua kita itu ‘kaya’ walaupun suka berbagi pada keluarga.

Pengalaman janda di Sarfat adalah proses pembelajaran untuk mengimani sifat Tuhan yang ‘hanya memberi tak harap kembali’ kepada umat-Nya. Janda Sarfat berproses untuk semakin beriman pada Allah yang memberi, melalui kedatangan Nabi Elia. Digambarkan bahwa janda Sarfat itu seorang yang sangat miskin. Dia hidup dengan anaknya semata wayang. Sementara itu dia sedang mempersiapkan makanan untuk dia dan anaknya sendiri. Sesedikit itu makanan sampai dia berpikir bahwa setelah memakannya ia pun akan mati karena tidak ada cadangan makanan lain. Maka ia menolak permintaan Elia yang memohon dibikinkan roti. Namun Elia mengenalkan dia pada Allah yang maha pemberi. Akhirnya, ketika ikhlas membuatkan roti untuk tamu, benarlah apa yang dikatakan Elia kepadanya sebelumnya.  “Maka pergilah perempuan itu, berbuat seperti yang dikatakan Elia. Maka, Elia, perempuan itu dan anaknya mendapat makanan beberapa waktu lamanya. Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang sesuai dengan firman Tuhan yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia.” (1Raj 17: 12).

Injil mengajak setiap orang untuk mengembangkan keikhlasan dalam memberi. Tentu dengan kepercayaan penuh kepada Allah Sang Pemberi. Selama ini banyak orang mengira bahwa memberi itu sebuah tindakan kehilangan. Maka sedapat mungkin mengumpulkan untuk diri sendiri daripada berbagi. Bahkan seringkali seseorang bertumbuh menjadi pribadi yang sangat pelit dalam berbagi. Banyak orang mengira bahwa kebahagiaan hidup itu tercapai bila apa yang kita inginkan, berupa kekayaan yang berlimpah, terpenuhi. Padahal, sesungguhnya kebahagiaan dan mutu hidup itu kita raih ketika kita sanggup memberi. Dan janda miskin dalam Injil mendahului kita untuk melakukan hal yang sama. “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin itu memberi lebih banyak daripada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda itu memberi dari kekurangannya; semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.” (Mrk 12: 43).

Romo Agus Suryana Gunadi, Pr

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *