Renungan Harian 4 November 2021

Hari ini kita memperingati satu orang kudus, St Karolus Boromeus.

Karolus Boromeus dipandang sebagai tokoh kontrareformasi abad 16. Ia lahir pada tahun 1538 di puri Arona sebagai putra bangsawan. Setelah selesai studi ilmu hukum dia diangkat sebagai sekretaris Paus Pius IV. Tahun 1560 dia diangkat sebagai Kardinal diakon dan administrator Keuskupan Agung Milan. Tahbisan imam dan uskup diterimanya pada tahun 1563. Sebagai pendoa dan pekerja keras, tulisan-tulisannya masih tersimpan di perpustakaan Milan. Ketika ada wabah pes, dia siap melayani mereka yang sakit siang malam di rumah sakit. Beliau meninggal dalam usia 46 tahun.

Paulus (Rom 12: 3-13) menyapa umatnya: Saudara-saudara, berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu. Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi daripada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.

Sama seperti pada tubuh kita ada banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, demikian juga kita. Walaupun banyak, kita adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain.

Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita.  Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani.

Jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas.

Siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita.

Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik. Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat.

Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan. Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!  Bantulah dalam kekurangan orang-orang kudus dan usahakanlah dirimu untuk selalu memberikan tumpangan.

Yohanes dalam injilnya (Yoh 10: 11-16) mewartakan sabda Yesus: “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya. Sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan menceraiberaikan domba-domba itu. Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu.

Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa.  Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku.

Ada lagi padaKu domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala.

Hikmah yang dapat kita petik:

Satu, Karolus diangkat sebagai kardinal diakon pada usia 22 tahun, dan bertugas sebagai sekretaris Paus, kemudian ditahbiskan imam dan uskup, pada usia 25 tahun. Beliau wafat pada usia 46 tahun. 

Tahbisan diakon, pengangkatan  sebagai kardinal, tahbisan imam dan tahbisan uskup adalah anugerah Allah, yang diberikan dengan cuma-cuma meski orang itu masih muda.  Allah tidak memandang umur, tetapi “kualitas hati dan pribadi, serta komitmen yang dimiliki orang itu” untuk melayani umat Allah.

Sesuai dengan kata-kata Paulus: “Orang itu menguasai diri menurut ukuran iman yang dianugerahkan Allah kepadanya”.

Dua, Yesus menegaskan: “Seorang upahan, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai beraikan domba-domba itu”.

Yesus menghendaki para gembala itu berani melindungi/pasang badan terhadap serangan srigala (musuh) atau ada ancaman terhadap domba-dombanya. 

Yang maunya enak-enak dan nyaman, bukanlah gembala. Jabatannya memang “bos” namun dia bermental buruh yang tidak peduli akan nasib kawanannya.  Kita ditantang untuk menjadi gembala yang baik. Amin.

Mgr Nico Adi MSC

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *