Hari ini kita merayakan Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria. Pesta ini menunjukkan betapa besar kasih dan penghormatan Umat Allah kepada Bunda Maria, sebagai perempuan yang punya peran besar dalam karya keselamatan Allah umat manusia.
Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, Allah menjanjikan seorang Penebus yaitu Anak Allah sendiri. Agar Anak-Nya itu layak lahir di dunia, dipersiapkanlah seorang perempuan yang saleh, taat dan tidak bernoda untuk mengandung dan melahirkan Dia. Perempuan itu adalah Maria, yang berasal dari Keturunan Daud. Kedua orangtuanya bernama Yoakhim dan Anna. Dalam kaitan inilah, tanggal 8 September ditetapkan sebagai hari kelahiran Santa Perawan Maria.
Nabi Mikha (Mik 5: 1-4a) memberitakan: “Hai Betlehem di wilayah Efrata, engkau yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, darimu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.
Sebab itu ia akan membiarkan mereka sampai waktu perempuan yang akan melahirkan telah melahirkan; lalu saudara-saudaranya yang masih ada, akan kembali kepada orang Israel.
Maka ia akan bertindak dan menggembalakan mereka dalam kekuatan TUHAN, dalam kemegahan nama TUHAN Allahnya. Mereka akan tinggal tetap, sebab sekarang ia menjadi besar sampai ke ujung bumi, dan dia menjadi damai sejahtera.
Matius dalam injilnya (Mat 1: 18-23) mewartakan: “Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam.
Ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.”
Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” — yang berarti: Allah menyertai kita.
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, perayaan kelahiran ini menunjukkan kasih dan penghormatan Gereja yang sungguh besar kepada Maria. Hendaknya penghormatan ini bukan hanya kepada Maria, tetapi kepada semua perempuan.
Mengapa demikian? Karena perempuan tetap mempunyai peran besar dalam hidup setiap orang. Melalui tangan dan pengorbanan mereka, serta air mata mereka telah muncul orang-orang besar dan orang-orang penting dalam pelbagai bidang kehidupan.
Dua, diwartakan bahwa ketika Yusuf ragu-ragu untuk memperistri Maria, malaikat Tuhan nampak dalam mimpi dan berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus”.
Maria mungkin sekali merasakan dan “menangkap sinyal keragu-raguan Yusuf” atas dirinya. Di sisi lain, dia juga bergumul bagaimana dia mengatakan kepada tunangannya bahwa dia sudah mengandung atas kuasa Roh Kudus”. Kesahajaan, ketenangan dan kemurnian hatinya itulah yang memampukan dia untuk menerima segala risiko yang akan dihadapinya, ketika berbicara dengan Yusuf – suaminya, tentang kehamilannya. Maria menjadi perempuan terberkati dan dihormati umat beriman, karena pengorbanannya itu.
Syukurlah Yusuf adalah pria yang lurus hati dan tidak ingin mencemarkan nama istrinya. Dia kemudian memperistri Maria, tanpa banyak komentar atau mengarang cerita sebagai pembenaran. Dia berani ambil risiko atas keputusannya itu dan menjalaninya dengan tenang.
Semoga kita pun berani mengambil risiko dan bertanggung jawab atas keputusan-keputusan penting yang telah kita ambil atas dasar iman kepada Kristus. Tidak usah mencari-cari alasan untuk minta dikasihani atau membela diri padahal sudah jelas-jelas keliru.
Mengakui kekurangan/kekeliruan dan minta maaf adalah sikap yang jauh lebih baik dan terhormat, daripada berdusta. Amin.
Mgr Nico Adi MSC