Monika lahir di Tagaste, Afrika Utara, dan pada usia 18 tahun dia menikah dengan Patrisius, seorang yang kafir. Keluarganya sejahtera, namun dia amat sedih karena Agustinus, anak sulungnya hidup tidak karuan. Sesudah 30 tahun suaminya bertobat. Dan karena ketekunan doanya, ia meninggal di tangan Agustinus yang sudah bertobat.
Kitab Sir 26: 1-4.13-16 menyatakan: “Berbahagialah suami dari isteri yang baik, dan panjang umurnya akan berlipat ganda. Isteri berbudi menggembirakan suaminya, yang dengan tenteram akan menggenapi umurnya. Isteri yang baik adalah bagian yang baik, yang dianugerahkan kepada orang yang takut akan Tuhan.
Entah kaya, entah miskin giranglah hatinya, dan selalu rianglah roman mukanya. Keelokan isteri menyenangkan suaminya, tetapi kepandaiannya membesarkan hatinya. Suatu anugerah dari Tuhan ialah isteri pendiam, dan tak terbayarlah pendidikannya. Karunia berlipat dualah seorang isteri yang sopan, dan perempuan murni tidak ada imbangannya.
Laksana matahari yang terbit di atas pegunungan Tuhan, demikianlah keelokan isteri yang baik di tengah rumah tangga yang rapi.
Lukas dalam injilnya (Luk 7: 11-17) mewartakan: “Ketika itu, Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-murid-Nya pergi bersama-sama dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya.
Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibu yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu.
Ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata: “Jangan menangis!” Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: “Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!”
Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya. Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata: “Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita,” dan “Allah telah melawat umat-Nya.” Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan di seluruh daerah sekitarnya.
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, dikisahkan bahwa Monika begitu tekun dalam doa. Buahnya adalah sesudah 30 tahun suaminya bertobat dan kemudian menyusul Agustinus, anak sulungnya. Doa seorang diri bukan berarti tanpa arti, meski hasilnya harus ditinggu begitu lama.
Bagi Allah yang penting bukan hasilnya, tetapi pengorbanan yang dilakukan dengan tekun dan ikhlas itulah yang utama.
Dua, Lukas mewartakan bahwa Yesus tergerak hatinya, oleh belas kasihan kepada ibu janda yang anaknya meninggal. Ia mendekat usungan itu, dan membangunkan pemuda yang mati itu. Lalu bangunlah dia, duduk dan mulai berkata-kata. Yesus menyerahkannya kepada ibunya.
Janda di mata masyarakat pada saat itu, adalah orang yang hidupnya tak berharga, mudah disalahkan atau dijadikan pesuruh atau menjadi korban fitnah dan lainnya. Apalagi ketika anaknya meninggal posisi dan martabatnya di masyarakat makin rendah.
Dengan membangkitkan anaknya itu, Yesus memulihkan martabat ibu janda itu, menaikkan status sosialnya di mata masyarakat. Anak kandungnya itu, akan memberikan jaminan masa depan dan perlindungan serta rasa aman.
Kehadiran Yesus membawa pencerahan dan pemulihan martabat, serta ketenteraman.
Semoga kehadiran kita pun, membawa pencerahan dan sukacita bagi sekalian orang karena martabat mereka dipulihkan. Amin.
Mgr Nico Adi MSC