HARI MINGGU BIASA XIX
08 Agustus 2021
Bacaan I : 1 Raj 19: 4-8
Bacaan II : Ef 4: 30-5: 2
Bacaan Injil : Yoh 6: 41-51
Allah memanggil, kita menjawab
Coba kita renungkan kembali tentang bagaimana akhirnya kita beriman kepada Allah dalam Tuhan Yesus? Mungkin kita teringat akan ibu kita yang mengajari berdoa, ayah yang selalu memaksa untuk pergi ke gereja, guru agama sekolah yang selalu memberi tugas mencatat kotbah, seorang sahabat yang memesona cara hidupnya, pasangan hidup yang mensharingkan pengalaman imannya, dan sebagainya. Dan ketika ada pertanyaan bagaimana awal mula Anda beriman, tersebutlah cerita itu dengan ‘aku menanggapi panggilan Allah’. Ya benar, kita beriman kepada Allah bukanlah karena aku yang mencari Allah dan aku telah menemukan Dia. Sebaliknya yang terjadi adalah Allah yang mencari dan menemukan aku, dan aku kemudian menanggapinya dengan imanku. Jadi selalu, Allah yang memanggil, manusia menanggapi.
Pengalaman Elia adalah pengalaman Allah yang selalu memanggilnya. Ia sendiri hanyalah satu di antara ribuan keturunan nenek moyang Israel, dengan mentalitas yang sama. Ia berjalan seharian, lelah letih, lapar dan bersungut-sungut. “Cukuplah sudah! Sekarang, ya Tuhan, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik daripada nenek moyangku”. Ia ingin mati saja, hidup tanpa harapan, selalu sengsara. Apa yang kemudian terjadi, melalui malaikat-Nya, Allah menawarkan kepadanya makanan dan minuman. Sehingga ia segar kembali. Kemudian Allah menyatakan kehendaknya untuk menemani (menjamin) dia dalam perjalanan berikutnya. “Bangunlah, makanlah! Sebab kalau tidak, perjalananmu nanti terlalu jauh bagimu.” Dan oleh kekuatan makanan itu, Elia berjalan empatpuluh hari empatpuluh malam lamanya sampai ke gunung Allah, yaitu Gunung Horeb.
Allah lah yang berinisiatif untuk memanggil kita mengimaninya. Dan Allah pula yang mendahului kita merancang perjalanan ke depan kita. Perjalanan menuju kesejahteraan menurut rancangan-Nya. Itulah pengalaman Elia. Itu pulalah yang semestinya menjadi kerangka refleksi kita dalam beriman kepada Allah. Allah memanggil, kita menjawab-Nya. Allah memperkenalkan diri, kita menyambut-Nya. Allah mewahyukan diri, kita merespon-Nya. Satu kalimat dinyatakan oleh Yesus: “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir jaman.”
Iman bukanlah karena usahaku mencari Dia, tetapi usaha Allah menemukan Aku. Aku ditemukan oleh Allah Sang Pemilik yang merindukan keselamatanku. Maka, saatnya aku merespon panggilan-Nya dengan terus mendekatkan diri dan mengandalkan Dia, menyambut Dia dalam sakramen-sakramen-Nya.
Romo F.X. Agus Suryana Gunadi, Pr